Tangerang, Kompas - Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong tengah mengembangkan teknologi pengolahan sampah dengan cara menciptakan sampah organik menjadi tenaga listrik.
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) mengusulkan alat teknologi sampah listrik itu kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sebagai salah satu cara menyelesaikan masalah penumpukan sampah yang selama enam bulan terakhir tak jua teratasi.
”Mesin sampah listrik itu diuji coba peneliti. Hasilnya cukup memuaskan,” kata Kepala Puspiptek Jeni Ruslan saat Pameran Tekologi se-Banten di Pamulang, Kota Tangsel, Senin (7/6).
Jeni mengatakan, teknologi mengubah sampah menjadi tenaga listrik adalah temuan seorang penemu dari Jawa Timur, Budi Sulaiman. Selanjutnya, Puspiptek merespons temuan itu untuk dikaji, diteliti, dan dikembangkan.
Jeni mengatakan, teknologi itu sangat sederhana dan efektif untuk menangani sampah dan mengatasi krisis energi listrik di Tangsel dan seluruh wilayah di Indonesia.
Mesin itu memisahkan sampah organik dan nonorganik. Sampah organik yang mengandung glukosa dan hemilulosa ditaruh ke wadah mesin itu. Mesin menggiling sampah organik dan memerasnya. Hasil perasan be- rupa air sari pati.
Air sari pati dicampur dengan enzim alfa amilase dan regilot serta diendapkan selama lima hari agar terjadi fermentasi. Hasil fermentasi kemudian disuling dalam mesin hingga menghasilkan tetesan air yang mengandung gas metana.
”Gas metana bernilai ekonomis karena dapat menjadi pengganti bahan bakar,” ucap Jeni.
Pejabat Sementara Wali Kota Tangsel M Shaleh mengatakan, pihaknya belum mengetahui adanya mesin teknologi sampah listrik karya Puspiptek. ”Alat mesin sampah listrik itu diharapkan bisa mengatasi sampah di Tangsel. Namun, pemkot belum memiliki anggaran untuk bekerja sama,” kata Shaleh. (PIN)
Post Date : 08 Juni 2010
|