APAKAH Anda merasa muak de ngan pencemaran di ling kungan sekitar? Perasaan tersiksa itu mungkin belum seberapa jika dibandingkan dengan yang dialami biota dan hewan laut.
Laut kini semakin menjadi korban tempat pembuangan segala limbah dari darat. Laut hanya bisa pasrah menerima sampah yang dihasilkan dari darat.
Laporan Tahunan Terbaru Badan Lingkungan PBB (UNEP) yang dikeluarkan minggu lalu di Nairobi, Kenya, menyebutkan plastik dan sisa pupuk yang mengandung fosfor sudah begitu mencemari laut. Laporan menyebutkan bahwa 70% dari air limbah yang dibuang ke sungai dan laut kaya akan fosfat.
Dalam pertemuan yang dihadiri para menteri lingkungan tersebut, UNEP memaparkan hasil penelitiannya yang menemukan bahwa banyak limbah plastik mengandung PCB dan bahan kimia berbahaya lainnya.
“Polutan ini menyebabkan efek kronis, seperti dirupsi endokrin, mutagenesis, dan karsinogenesis,” demikian tertulis dalam laporan tersebut.
Para ahli yang dikutip dalam laporan tersebut mengatakan pencemaran fosfor dan plastik di laut itu menunjukkan dibutuhkannya manajemen pengelolaan limbah dunia yang lebih baik. Selain itu, para ahli mengutarakan dibutuhkan pola konsumsi dan produksi yang lebih efi sien.
“Pencemaran fosfor dan plastik di laut ini membawa kita ke dalam fokus mendesaknya kebutuhan untuk menjembatani kesenjangan ilmiah. Selain itu, kita harus menjembatani transisi global ekonomi hijau yang hemat sumber daya untuk menciptakan perkembangan dunia yang berkelanjutan dan mengatasi kemiskinan,” ujar Direktur Eksekutif UNEP Achim Steiner dalam pertemuan tersebut.
Steiner melanjutkan, tidak peduli jenis bahan pencemar tersebut, yang jelas kondisi ini juga menunjukkan bahwa ada banyak sekali kesempatan untuk menciptakan kesempatan kerja dan industri yang lebih efi sien. Langkah efi siensi produksi dan konsumsi bukan berarti negatif bagi industri dan la pangan kerja.
Permintaan fosfor sendiri meningkat selama abad 20. Laporan UNEP ini juga menyoroti penggunaan nutrien tersebut terkait dengan debat tentang apakah cadangan fosfat akan segera habis.
Produksi fosfat Amerika Serikat, Suriah, dan Afrika Selatan bahkan sudah mencari tambang hingga ke Australia, Peru, dan Arab Saudi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan fosfat terus mencari tambang baru bahkan sampai ke dasar laut di lepas pantai Namibia.
“Walaupun ada tambangtambang fosfat yang potensial di sejumlah negara, negara-negara yang tidak memiliki cadangan domestik sangat rentan terutama saat cadangan dunia jatuh,” demikian tulis laporan UNEP.
Namun, laporan juga memberikan solusi bahwa ada cara untuk memulihkan pasokan fosfat dengan mendaur ulang air limbah.
Pemanfaatan air limbah ini sesungguhnya juga penting untuk mencegah membeludaknya alga di perairan. Meledaknya alga sering disebabkan banyaknya bahan pen cemar ini di air. Dalam kondisi tersebut, perairan harus ditutup sehingga sering menyebabkan kerugian industri perikanan. (ens-newswire.com/ Big/M-4)
Post Date : 22 Februari 2011
|