|
Kupang, Kompas - Sejak diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 10 tahun lalu, Bendungan Tilong dengan berdaya tampung 19,07 juta meter kubik di Desa Oenlasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, menjadi salah satu sumber air bersih bagi warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ironisnya, krisis air bersih yang sejak lama menimpa warga sekitar Bendungan Tilong, hingga kini belum juga teratasi. Mereka mengancam akan merusakkan sarana air bersih tersebut. Demikian keterangan yang dihimpun di kawasan Bendungan Tilong dan perkampungan di Desa Oenlasi, 35 kilometer (km) arah timur Kota Kupang, Jumat (2/3). ”Bendungan Tilong itu bagian dari wilayah desa kami. Air dari bendungan itu semuanya dialirkan untuk kebutuhan warga Kota Kupang. Kami yang berada di sekitar bendungan dibiarkan tetap sengsara kesulitan air bersih,” tutur Agus Lakbanu (38) di Fatukanutu. ”Kami sudah berulang-ulang memperjuangkan agar air dari Bendungan Tilong juga dialirkan untuk kami, warga perkampungan di sekitarnya. Nyatanya, hingga sekarang tidak pernah diperhatikan. Jika tetap dibiarkan seperti ini, kami bisa merusakkan jaringan pipa atau bangunan lain dari bendungan itu,” kata seorang warga lain di desa itu. Desa Oenlasi kini berpenduduk 2.056 jiwa, tersebar di Kampung Fatukanutu, Sekase, Oepunu, dan Sebaat. Keempat kampung itu semuanya di seputar kawasan Bendungan Tilong. Kepala Desa Oenlasi Yohanes Haeleke juga mengakui kekecewaan masyarakatnya karena diabaikan menyusul berfungsinya air bendungan tersebut sejak taun 2002. ”Posisi kami di Desa Oenlasi adalah tuan rumah atas bendungan itu. Seharusnya warga kami juga menikmati air yang bersumber dari wilayah desa ini,” ujar Haeleke. Bendungan Tilong berada di bawah Ditjen Pengairan Kementerian Pekerjaan Umum. Setelah diresmikan tahun 2002 sempat dibangun jaringan pipa yang dilengkapi 8 unit bak penampung guna mendistribusikan air bersih dari Bendungan Tilong ke warga empat kampung di Desa Oenlasi. Namun, sejauh ini air yang ditunggu tak kunjung datang. Sebagian bangunan bak penampung mulai keropos dan rusak. Warga Oenlasi hingga kini harus mengambil air ke Sungai Tilong yang berjarak sekitar 1,5 km dari pusat desa. ”Jaraknya barangkali tidak seberapa, tetapi harus menyusuri tanjakan tajam,” ungkap Agus Lakbanu. Di sejumlah sudut tepian Bendungan Tilong terpancang papan bertuliskan larangan mencuci dan mandi langsung dalam kolam bendungan itu. Larangan tak lagi dihiraukan masyarakat setempat. Terbukti, seorang bapak bersama dua anaknya, Kamis (1/3) siang, tampak sedang mencuci dan mandi di tepi bendungan. (ANS) Post Date : 03 Maret 2012 |