|
TEMANGGUNG - Daerah lain sedang "panen" air, santri pondok pesantren (ponpes) Fakhtul Mubarok, Dusun Kali Pahing, Ngadisepi, Gemawang, dan warga desa setempat mengaku kesulitan air. Sumur mereka mengering, sedangkan air bersih dari sumber Gunung Watu yang selama ini memasok kebutuhan air sehari-hari debitnya kian berkurang. Kalaupun ada, air berwarna kecoklatan karena banyak mengandung lumpur sehingga jauh dari nilai kesehatan. "Air bersih yang dialirkan menggunakan selang plastik kini sudah mengecil dan tak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan santri di pondok ini yang jumlahnya sekitar 500-an orang," kata Sekretaris Ponpes Nur Khamid, kemarin. Didampingi Amin Maarif (Bidang Jamiyah) dan Hanafi (Bidang Keamanan), Nur Khamid mengemukakan bahwa sumber air ada dua saluran yang mengalir ke pondok dan warga Kali Pahing. Namun, karena debitnya sedikit maka dalam pengalirannya seringkali bergiliran. Yakni dini hari sekitar jam 00.00 hingga 03.00, aliran yang mengalir ke rumah warga ditutup, agar total air mengalir ke pondok. "Jam 03.00 hingga 06.00 air dialirkan ke masyarakat dan yang ke pondok giliran ditutup. Setelah jam 06.00 kita pakai bersama-sama dengan aliran yang sama-sama kecilnya," tuturnya. Jumlah air yang sangat sedikit itu membuat para santri harus berhemat dan mengutamakan untuk hal-hal penting, seperti memasak dan berwudlu. Untuk mandi yang biasanya sehari 2 kali juga dikurangi hanya sekali sehari. Sedangkan jika air sudah betul-betul sulit didapatkan mereka akan memanfatkan sungai untuk kegiatan MCK. "Kami berupaya mengatasi kesulitan air yang terjadi di setiap musim kemarau ini dengan mencari sumber air. Sebetulnya saat ini telah mendapatkan sumber itu namun belum bisa menindaklanjutinya," ungkapnya Warga setempat yang bernama Muh Nasir juga mengeluhkan soal kecilnya air yang mengalir ke rumahnya. Kecilnya air akibat menyusutnya debit yang ada di sumbernya, sedangkan penggunanya cukup banyak, sekitar 250 keluarga di desa itu. Saat ini, dalam sehari semalam, aliran air itu paling hanya bisa memenuhi volume 1 bak ukuran 1,5 meter kubik. "Meski tidak memadai, kami harus mencukup-cukupkan air itu. Memang, mestinya harus ada sumber air lagi untuk memenuhi kebutuhan air warga yang jumlahnya selalu bertambah ini," jelasnya. Keadaan serupa juga terjadi di Dusun Sepi, Ngadisepi. Karena air dari saluran mata air sangat kecil, maka hanya digunakan untuk keperluan memasak air saja. Sedangkan untuk keperluan MCK mereka memanfaatkan Sungai Ngrancak, di Dusun Bendo, dusun tetangga. "Kemungkinan sebulan lagi, aliran air ke masing-masing rumah itu sudah tidak bisa lagi. Sehingga, seperti tahun-tahun sebelumnya, warga harus mengambil air ke sungai dengan menggunakan kendi," kata Kadus Sepi, Suhardi. (dem) Post Date : 28 Desember 2007 |