|
BALAI KOTA - Saat ini di Semarang masih terdapat puluhan saluran yang sering meluap dan menggenangi sekitarnya. Genangan itu antara lain akibat sumbatan sampah dan eceng gondok. Penjelasan tersebut disampaikan Kasubdin Pengairan DPU Kota Semarang Ir Fauzi MT, Senin (28/11). Dia mengatakan, ada 20 titik atau saluran rawan meluap di Kota Semarang. Selain itu, juga masih ada 12 saluran rawan sedimentasi, dan 11 rawan sampah. ''Sungai pertama yang rawan memunculkan genangan adalah Kali Beringin,'' kata dia. Secara teknis, banjir Kali Beringin terjadi akibat debit air dan yang tinggi dan penyempitan di bagian hilir. Akibat luapan tersebut, bukan hanya wilayah permukiman yang tergenang, melainkan juga Jl Raya Mangkang yang merupakan jalur utama Semarang-Kendal. Selain Kali Beringin, kata dia, genangan juga bisa muncul dari Kali Plumbon, saluran Jl Madukoro, Jendral Sudirman dekat Karangayu, Siliwangi dekat kerkop (makam Belanda), sekitar Kelenteng Sam Poo Kong, Sriwijaya, Atmodirono, A Yani, Imam Bonjol, Bubakan, Kampung Petek, Pattimura, MH Thamrin, Miroto, Mpu Tantular, Raden Patah, Kelinci, Gajah, dan Tentara Pelajar. ''Genangan di Kota Semarang bukan hanya akibat hujan, tetapi juga akibat rob, seperti di Kampung Petek dan Jl Mpu Tantular,'' kata dia. Eceng Gondok Selain genangan, Kota Semarang juga memiliki banyak saluran yang sering ditumbuhi eceng gondok. Akibatnya, kata Fauzi, sedimentasi cepat meningkat dan kapasitas saluran pun berkurang. Selama ini, kata dia, upaya yang dilakukan hanya dengan pengerukan dan ternyata kurang efektif. Karena itu, perlu penyemprotan terlebih dulu agar eceng gondok mati. Setelah itu, barulah pengerukan dilakukan. ''Saluran yang sering ditumbuhi eceng gondok berada di Jl Raya Kaligawe, Kali Tenggang, dan drainase Bulu di Jl Kokrosono,'' kata dia. Dia juga menjelaskan, beberapa saluran lain walaupun tak ditumbuhi eceng gondok, sedimentasinya cukup tinggi. Saluran-saluran itu ada di Jl Citarum, Sawojajar, Kartini, Tlogosari, Supriyadi, Perintis Kemerdekaan, Sumurboto, Sultan Agung, dan Majapahit. ''Persoalan lain yang sering muncul adalah sampah,'' lanjut dia. Sampah-sampah saluran tersebut antara lain terdapat di Kali Banger, Johar, Berok, Layur, Pompa Lanal, Simpanglima, Jl Kokrosono, Pasar Dargo, Kampung Kali, saluran di dekat SMP 32 Jl Ki Mangunsarkoro, dan saluran Ronggolawe. Untuk mengatasi berbagai persoalan itu, pihaknya menugaskan puluhan staf pemantau setiap hari. Berdasarkan pantauan itu, mereka kemudian membuat laporan, menganalisis alternatif solusi, dan menyusun usulan penanganan. ''Dengan memberdayakan staf, saluran di Kota Semarang bisa selalu terpantau. Saya memiliki keinginan, dalam waktu tiga tahun sebagian besar wilayah Kota Semarang sudah relatif bebas genangan,'' kata dia. (G6-44n) Post Date : 29 November 2005 |