Puluhan Rumah Terendam

Sumber:Jawa Pos - 27 Januari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KEDIRI - Banjir mulai melanda Kabupaten Kediri. Curah hujan yang tinggi membuat sejumlah dusun di Desa Plemahan dan Desa Mojokerep, Kecamatan Plemahan kemarin malam terendam. Anak-anak serta hewan ternak bahkan harus diungsikan.

Meski sempat surut pada siang harinya, tadi malam mereka kembali dilanda ketakutan. Maklum, hujan deras kembali turun kemarin petang. "Kami khawatir akan datang banjir susulan," ujar Suwanto, 28, warga Dusun Pojok, Desa Plemahan ketika dihubungi Radar Kediri sekitar pukul 20.00 tadi malam.

Sejumlah warga mengungkapkan, banjir pertama kali datang Minggu (25/1) malam sekitar pukul 23.00. Ini berawal ketika turun hujan deras sejak pukul 15.00, sore harinya. Hingga pukul 23.00 belum juga reda.

Delapan jam diguyur hujan lebat, badan Kali Awen yang melintas di desa tersebut tak mampu menampung air sehingga meluber ke permukiman warga. "Awalnya hanya sedikit yang masuk rumah. Lama kelamaan semakin banyak," ungkap Efendi, 33, warga Dusun Pojok yang lain.

Warga pun mulai cemas. Sumiran, 57, tetangga Efendi, segera mengungsikan cucunya ke rumah kerabat yang lebih aman. Begitu pula dengan ternaknya. "Ada tiga sapi yang saya ungsikan ke rumah tetangga yang tidak kebanjiran," tuturnya.

Benar saja. Semakin malam, air semakin tinggi. Puncak luapan terjadi sekitar pukul 00.00-01.00. Di dalam rumah ada yang setinggi paha orang dewasa. Namun, setelah itu, air mulai surut. Meski demikian, warga harus berjaga semalaman karena khawatir akan datang banjir susulan.

Setidaknya, akibat musibah ini, 30 rumah warga terendam. Demikian pula sawah-sawah di sekitarnya yang diperkirakan mencapai puluhan hektare. Lokasinya tersebar di tiga dusun, yaitu Pojok, Setoyo, dan Klampisan. Juga Dusun Mojokerep, Desa Mojokerep.

Menurut warga, air yang menggenangi persawahan berasal dari tanggul irigasi yang jebol di Dusun Pojok. "Airnya masuk lewat jebolan saluran irigasi," kata Nurul Mubin, 35, pemilik warung di dekat tanggul tersebut saat ditemui wartawan koran ini, kemarin.

Tanggul itu hanya jebol sekitar 0,5 meter. Warga kemudian langsung menutupnya dengan tanah. Kemarin pagi, seiring menyusutnya genangan, mereka mulai membersihkan rumahnya dari lumpur yang terbawa banjir. Warga tak bisa segera mengeringkan perabotannya yang basah karena di luar air masih menggenang. Di halaman, kebun, serta jalan-jalan desa, ketinggian masih sekitar 20 centimeter. Tapi, bagi anak-anak, genangan air itu justru menjadi arena permainan yang seru. Mereka berendam dan berenang di dalamnya. (jie/hid)



Post Date : 27 Januari 2009