|
Palembang, Kompas - Puluhan rumah penduduk di pinggiran Sungai Musi, Kota Palembang, Sumatera Selatan, mulai terendam luapan air sungai yang semakin besar sejak dua hari ini. Warga yang rumahnya terendam berusaha menyelamatkan barang-barang berharga dan elektronik di tempat yang lebih tinggi. Namun, aktivitas masyarakat belum terlalu terganggu. Rumah-rumah yang terendam luapan air sungai, Senin (5/12), antara lain di Kelurahan 13 Ulu, 14 Ulu, dan Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang ulu I, serta Kelurahan Kramasan, Kecamatan Kertapati. Air sedalam mata kaki orang dewasa memasuki rumah di tepian sungai atau di dataran yang rendah serta membanjiri lorong-lorong di sekitar perkampungan. Air masuk ke perkampungan melalui anak- anak sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Luapan sungai itu disebabkan hujan yang turun hampir tiap hari di Kota Palembang dan sebagian wilayah Sumsel sejak Oktober lalu. Air yang melimpah di hulu sungai, seperti di Kabupaten Musi Rawas, Lahat, dan Kota Pagaralam, masuk ke Sungai Musi dan dibawa arus hingga ke Kota Palembang. Luapan air itu juga menghanyutkan sampah dari hulu sehingga mengotori permukaan air sungai dan perumahan penduduk di tepi sungai. Sebagian warga berusaha membendung air agar tidak masuk ke dalam rumah dengan memasang kayu atau kantong pasir. Namun, sebagian warga yang memiliki rumah panggung membiarkan air masuk ke lantai bagian bawah, sedangkan aktivitas rumah tangga dipindah ke lantai atas. Meski luapan air sungai cenderung meningkat saat pasang sore hari, secara umum aktivitas warga tetap berlangsung normal. Rumah Mariam (65), warga Kelurahan 13 Ulu, termasuk yang terendam air luapan sungai. Dia berusaha memasang kain dan papan di depan pintu, tetapi air tetap masuk sampai ruang tamu. Kami sudah terbiasa dengan banjir. Semoga tidak besar seperti tahun 2004 yang sampai selutut orang dewasa, katanya. Asmawati (24), warga lain, mengaku tidak terlalu waswas dengan banjir tahun ini karena sudah melakukan persiapan matang. Barang-barang berharga sudah diletakkan di atas meja atau tempat yang tinggi. Kalau perlu, dia juga siap mengungsi ke rumah keluarga yang aman dari banjir. Diperkirakan luapan Sungai Musi dan sungai lain akan bertambah tinggi saat memasuki puncak musim hujan akhir Desember hingga Januari 2006. Jika luapan sungai datang bersamaan dengan pasang laut, air tak mengalir ke laut sehingga melimpah ke permukiman di sekitar sungai. Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Suyatim, mengatakan, banjir yang mulai terjadi di Kota Palembang lebih dipengaruhi air sungai yang naik akibat laut di Selat Bangka dan sekitarnya sedang pasang. Pasang laut akan makin tinggi saat bulan purnama sekitar pertengahan Desember nanti. Sebenarnya, lanjut Suyatim, curah hujan di Palembang dan Sumsel saat ini masih normal, sekitar 350 militer per bulan. Tapi, potensi banjir tetap tinggi. Mungkin beberapa hari lagi atau minggu depan terjadi hujan besar dengan curah 450 milimeter per bulan. Kalau hujan bersamaan dengan pasang laut, air sungai tak tertampung sehingga meluap ke pemukiman penduduk, katanya. Kota Palembang dan beberapa wilayah Sumsel jadi langganan banjir hampir setiap tahun. Tahun 2004 banjir besar datang dua kali, Desember-Januari dan Maret-April. Perumahan penduduk, sawah, dan jalan-jalan terendam air. Hingga kini belum tampak persiapan dari Pemerintah Provinsi Sumsel dan Pemerintah Kota Palembang. (iam) Post Date : 06 Desember 2005 |