|
Bumi sering dijuluki Planet Biru karena sebagian besar permukaannya diisi air. Namun, dari total air yang ada di planet bumi, hanya 2,5 persen yang berupa air tawar. Sebanyak 97 persen adalah air asin di laut yang tidak bisa langsung dikonsumsi manusia. Ironisnya lagi, dari pasokan air tawar yang ada di bumi cuma 0,3 persen yang ada di sungai dan danau, 30 persen ada di dalam tanah, dan 70 persen tersimpan dalam sumber-sumber yang sulit dijangkau penduduk bumi, karena berbentuk gunung es, kutub es, dan salju abadi yang ada di puncak-puncak gunung. Saat ini mungkin sebagian besar penghuni bumi belum merasa sulit mendapatkan air. Tetapi, dalam jangka panjang, hasil riset sejumlah lembaga penelitian memberi sinyal akan ada kelangkaan air minum. Padahal, air merupakan kebutuhan vital umat manusia. Orang masih bisa bertahan hidup bila tidak makan dalam beberapa minggu. Tetapi tanpa minum, dalam beberapa hari saja orang akan mati kekurangan cairan. Persoalan air bersih tak cuma sebatas pada pasokan, melainkan juga kualitas. Menurut hasil riset yang ditulis Richard Middleton, mantan kepala Divisi Pasok Air dan Sanitasi Bank Dunia, separuh penduduk dunia yang hampir seluruhnya ada di negara-negara berkembang menderita berbagai penyakit yang disebabkan kekurangan air, atau air yang tercemar. Penduduk dunia yang saat ini berjumlah sekitar 5,3 miliar akan tumbuh menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025. Sumber air minum di bumi akan makin tertekan dengan peningkatan laju populasi manusia yang pesat. Apalagi peningkatan jumlah penduduk terbesar terjadi tepat di daerah-daerah yang sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu negara berkembang. Yang lebih menyeramkan, permintaan akan air bersih meningkat dua kali lipat lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk. Bagaimana di Indonesia? Data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, Pulau Jawa adalah tempat yang akan mengalami krisis kekeringan air paling parah. Penyebab krisis air di Pulau Jawa karena kepadatan jumlah penduduk yang terus bertambah. Data tahun 2003 menyebutkan, jumlah penghuni Jawa sebanyak 128 juta orang. Lebih dari 60 persen penduduk Indonesia tinggal di pulau yang mendapat julukan Swarnadwipa itu. Kebutuhan air ideal bagi masyarakat Pulau Jawa sebanyak 38 miliar liter setahun. Sementara sumber air tawar yang sudah dieksplorasi hanya menghasilkan 25 miliar liter per tahun. Artinya, ada tempat-tempat tertentu yang kebutuhan airnya tak bisa dicukupi secara normal. Masyarakat di sejumlah wilayah menggunakan sistem tadah hujan untuk mencukupi konsumsi air. Kondisi tersebut akan makin parah bila sering terjadi penyimpangan antara musim hujan dan kemarau. Daerah aliran sungai yang ada di Pulau Jawa sebagai salah satu sumber pasokan air, kata Suryo Adiwibowo, kepala Pusat Penelitian Lingkungan Institut Pertanian Bogor, sudah banyak yang berada dalam kondisi krisis. "Daerah tangkap hujan juga banyak dikonversi menjadi pemukiman dan pertanian. Di Jakarta, daerah tadah hujan sudah berkurang menjadi tinggal 25 persen. Akibatnya, bila musim hujan banjir, dan kalau kemarau kekurangan air," ungkapnya kepada Devi Sinaga dari Investor. Sumber air baku semakin sulit karena penggundulan hutan terus berlangsung. Perusakan daerah aliran sungai, dan pencemaran badan sungai oleh limbah industri dan rumah tangga juga semakin berat. Dampak dari berkesinambungannya perusakan-perusakan tersebut, menyebabkan merosotnya debit air sungai dan air permukaan lainnya. Dari fakta tersebut, untuk melanjutkan kehidupan di dunia, menurut Mutaz Ghandour, CEO Metito Overseas Ltd, perusahaan pengolah air minum, manusia akan memerlukan air asin dari laut yang sangat berlimpah untuk diolah menjadi air bersih. Metito yang beroperasi di sejumlah negara di Amerika, Asia, Cina dan Afrika memiliki teknologi reverse osmosis yang bisa mengolah air asin menjadi air bersih. Penduduk Kota Saat ini, pasokan air minum untuk masyarakat perkotaan sebagian besar diproduksi PDAM (Perusahaan Djawatan Air Minum), dan perusahaan swasta yang memproduksi air minum. Kemampuan PDAM dalam memenuhi kebutuhan air masih jauh dari memadai, yakni 97 ribu liter per detik. Padahal, Indonesia harus menggenjot kapasitas instalasi pengolahan air hingga 250 ribu liter per detik dalam 10 tahun ke depan sesuai target Millenium Development Goal (MDG). MDG adalah kesepakatan 189 negara anggota PBB yang berisi delapan tujuan meningkatkan kesejahteraan manusia yang ada di bumi. PDAM sendiri tak punya kemampuan untuk memproduksi air minum sesuai angka kebutuhan yang ideal. Untuk itulah pemerintah menawarkan sejumlah proyek air minum dalam Infrastructure Summit pertengahan Januari. Ada 24 proyek infrastruktur air minum yang ditawarkan, senilai 143 juta dolar AS. Proyek tersebut antara lain Cileduk Water Supply, Ciparens Tangerang Water Supply, Sepatan Water Supply, Pondok Gede Water Supply, Kecamatan Benda dan Cengkareng Water Supply, Jatinangor Water Supply, dan Dumai Water Supply. Post Date : 07 Februari 2005 |