|
[JAKARTA] Induk Pelaksana Kegiatan Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (IPK PWSCC) Departemen Pekerjaan Umum (PU), memasang telemetri untuk memantau kemungkinan banjir di Jakarta dan sekitarnya. Menurut Kepala IPK PWSCC, Pitoyo Subandrio, alat pantau jarak jauh itu, digunakan untuk mendukung sistem informasi sebagai bagian dari sistem peringatan dini banjir. "Melalui alat itu, petugas bisa menyampaikan data dan informasi tentang banjir kepada masyarakat lebih awal dan setiap saat," kata Pitoyo Kepada Pembaruan, Senin (11/12) pagi. Menurutnya, IPK-PWSCC telah menyebarkan 11 unit telemetri baru ke wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sementara itu, pimpinan proyek (Pimpro) Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung-Cisadane, Djoko Prakoso mengatakan, unit telemetri dipasang pada stasiun atau pos pencatat tinggi muka air atau pos pencatat tinggi curah hujan. Pemantauan bisa dilakukan secara rutin, setiap saat, secara otomatis dari jarak jauh melalui layar komputer. "Jadi, setiap kejadian yang berhubungan dengan banjir pada pos pencatatan, dapat dipantau melalui layar komputer dan disampaikan langsung kepada masyarakat melalui pertugas piket banjir," papar Djoko. Disebutkan, di wilayah DKI Jakarta setidaknya ada 78 titik banjir. Sedangkan di Bekasi, terdapat lebih dari 15 titik. "Untuk Tangerang, wilayah yang rawan di perkotaan," ujarnya. Dengan sistem ini, warga bisa mengetahui ancaman banjir enam jam sebelum banjir menyergap. Pembaruan sempat menguji coba sistem informasi tersebut. Saat curah hujan di kawasan Bogor dan Depok tinggi, Sabtu (9/12) lalu misalnya, terlihat ketinggian muka air di beberapa pintu air yang menjadi pos pengamatan mulai meningkat. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan angka tinggi muka air secara real time yang disiarkan secara online oleh pusat pemantauan milik IPK PWSCC. Pembaruan memperoleh software pemantauan telemetri tersebut secara gratis dari IPK PWSCC beberapa waktu lalu. Mulai Banjir Lebih lanjut Pitoyo mengatakan, sejumlah daerah yang masuk dalam daftar pemetaan wilayah rawan banjir di Jabodetabek adalah di dataran rendah, yang awalnya difungsikan sebagai tempat penampungan air banjir sementara. "Namun saat ini, beralih fungsi menjadi tempat permukiman yang relatif padat penduduk," katanya. Lokasinya, kata Pitoyo, antara lain berada di bantaran Sungai Ciliwung, seperti Gang Arus, Bidara Cina (kawasan Jatinegara), Bukit Duri dan lainnya. Selain membangun dam, memperbaiki parit, dan membangun kanal (Banjir Kanal Timur), pihaknya juga sudah mengembangkan sistem informasi sebagai upaya peringatan dini terhadap banjir. Berdasarkan pantauan Pembaruan, Minggu (10/12) sejumlah rumah di Kampung Melayu Kecil, Jakarta Timur mulai terkena banjir. Air menggenangi pemukiman warga di bantaran Kali Cilwiung itu, setinggi lutut manusia dewasa. Hujan deras yang melanda Jakarta dan Bogor Minggu membuat banjir mulai melanda sebagian lokasi di Jakarta. [L-11] Post Date : 11 Desember 2006 |