Proyek Sanitasi Solo Akan Menjadi Percontohan

Sumber:Kompas - 18 Agustus 2010
Kategori:Sanitasi

Semarang, Kompas - Program pengembangan sanitasi komunal di Jawa Tengah akan difokuskan pada perbaikan sanitasi di kota-kota yang tengah berkembang. Proyek sanitasi di Kota Solo kemungkinan menjadi percontohan bagi pengembangan sanitasi komunal yang berbasis masyarakat.

Kepala Dinas Cipta Karya Permukiman dan Tata Ruang (Kimtaru) Provinsi Jawa Tengah, HM Tamzil, Selasa (17/8), menjelaskan, proyek sanitasi di Solo antara lain berlokasi di Mojosongo yang merupakan permukiman padat.

"Kita telah mengupayakan proyek sanitasi dapat selesai tahun ini. Bila proyek itu berhasil, masyarakat di daerah itu tidak perlu repot lagi harus membuat sanitasi di masing-masing rumah," kata Tamzil.

Proyek itu tidak hanya meliputi penanganan saluran air yang lebih teratur dan memenuhi syarat guna memperlancar buangan air limbah rumah, tapi juga menyangkut penuntasan sanitasi limbah kotoran warga yang menyatu dengan sistem terpadu.

Tamzil mengatakan, Dinas Kimtaru juga sudah mulai melakukan pelatihan-pelatihan pada masyarakat. Setiap kelompok warga dapat mengajukan proposal perbaikan saluran yang dikirimkan ke pemerintah daerah. Setelah diseleksi, peserta akan dilatih dan sesudahnya mereka akan memperoleh dana bantuan untuk merealisasikan programnya. Dana untuk itu bisa mencapai Rp 10 miliar per tahun.

Tamzil mencontohkan, Kota Semarang termasuk kota terburuk dalam soal sanitasi di Jawa Tengah. Dari 177 kelurahan, 36 persen di antaranya bersanitasi buruk. Kelurahan yang bersanitasi buruk sebagian besar berada di daerah langganan banjir dan rob, juga wilayah-wilayah pinggiran. Daerah itu antara lain Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, dan Tugu.

"Menyadari kondisi kota yang kerap banjir itu, mestinya warga Kota Semarang paling aktif mengikuti pelatihan supaya mereka bisa berpartisipasi aktif menyelesaikan masalah banjir di lingkungannya," kata Tamzil.

Wakil Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota (LPMK) Kecamatan Tembalang, Sobirin, mengemukakan, hampir semua kecamatan, terutama daerah yang kehilangan lahan hijau, menghadapi masalah sanitasi. Tembalang dan Banyumanik yang selama ini merupakan kawasan resapan air, penduduknya mulai merasakan kekurangan air menyusul cepat surutnya sumber mata air di sumur-sumur milik warga. (WHO)



Post Date : 18 Agustus 2010