Proyek Sampah Padat

Sumber:Kompas - 19 Juni 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Sanur, Kompas - Bank Dunia menawarkan kerja sama proyek pengelolaan sampah padat menjadi gas metana yang ramah lingkungan bagi kabupaten/kota di Indonesia yang berminat. Program itu merupakan bagian dari program pengurangan emisi gas rumah kaca bagi negara-negara berkembang.

Program tersebut segaris dengan isi Protokol Kyoto mengenai Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim.

"Kami lebih bersifat menawarkan karena program ini dilakukan berdasarkan permintaan daerah. Program ini tergolong baru sehingga kami sangat terbuka untuk menindaklanjuti setiap keinginan ataupun permintaan yang masuk," ujar Sandra Cointreau, Penasihat Program Pengelolaan Sampah Padat (PPSP) Bank Dunia, di sela-sela Pelatihan Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan yang Berkelanjutan serta Kesempatan untuk Pengembangan CDM (Clean Development Mechanism) yang digelar di Sanur, Bali, Senin (18/6).

"Kota Pontianak menjadi daerah pertama, disusul Palembang, Banjarmasin, dan Semarang," kata Sandra.

Dia mengungkapkan, dengan total dana mencapai 2 miliar dollar AS, pihaknya akan membangun instalasi pengelolaan sampah padat ramah lingkungan di setiap tempat penampungan sampah akhir (TPA) di kabupaten/kota dengan sistem pembakaran yang terkontrol (controlled landfill gas flaring).

Hal itu akan mengubah proses pembakaran sampah secara manual yang terjadi di kebanyakan TPA di Tanah Air yang sangat berisiko bagi kesehatan sekaligus salah satu sumber pencemaran lingkungan.

Untuk melakukan program ini, satu daerah minimal harus dapat menyediakan 50.000 ton sampah per tahun. Hasil samping sampah perkotaan yang diolah akan berwujud gas metana yang bernilai ekonomis.

Hasil pemasaran produk itu akan dibagi antara perusahaan yang ditunjuk Bank Dunia dan pemerintah kabupaten/kota bersangkutan.

Sandra memastikan kerja sama pengelolaan sampah padat itu tidak akan membebani APBD kabupaten/kota bersangkutan.

Secara hukum, Protokol Kyoto mewajibkan negara maju (Annex I) agar pada periode komitmen I (2008-2012) menurunkan emisi gas rumah kaca rata-rata sebesar 5,2 persen dari total emisi dunia tahun 1990.

Hal itu dimungkinkan melalui perdagangan karbon yang diatur dalam CDM. Negara berkembang dapat menjual kredit penurunan emisi kepada negara maju yang memang berkewajiban menurunkan emisi.

Indonesia memiliki potensi karbon yang dapat diperdagangkan sebesar 2 persen atau setara dengan 125 juta ton CO2.

Jika diasumsikan harga certified emission reductions (CER) pengurangan emisi gas rumah kaca dari proyek CDM yang disertifikasidi pasar internasional sebesar 6 dollar AS per ton CO2, maka nilai ekonomi yang akan diperoleh sekitar 750 juta dollar AS dari transaksi penjualan CER untuk periode komitmen I.

Siap dioperasikan

Sugeng Hardjo, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, menyatakan, secara fisik instalasi pengelolaan sudah terpasang di TPA Batu Layang, Pontianak. Instalasi itu siap dioperasikan bulan September mendatang.

Pihaknya menjalin kerja sama hingga tahun 2027, dengan potensi volume sampah mencapai 300.000 ton per tahun atau dapat menghasilkan total gas karbon dioksida 1,5 juta ton hingga tahun 2027. (BEN)



Post Date : 19 Juni 2007