|
WONOSARI (KR) - Pembangunan air bersih Sub Sistem Baron oleh Japanis International Corporation Agency (Jica), yang sempat tertunda karena terjadi bencana tsunami di Aceh dan Medan, akan segera dilanjutkan awal 2007. Namun mulai awal Maret sudah melakukan persiapan-persiapan. Demikian dikatakan Kepala Bappeda Gunungkidul H Eko Subiantoro SH usai menemui Konsultan atau General Mana ger Jica Y Kuchiwa, di ruang rapat Bupati Gunungkidul, Jumat (17/2). Y Kuchiwa yang didampingi beberapa staf dan konsultan, menemui bupati untuk memberitahukan tentang realisasi rencana peningkatan prasarana air bersih dari Sub Sistem Baron yang akan dimulai awal Maret mendatang. Dijelaskan oleh Eko Subiantoro, sumber air bawah tanah Sub Sitem Baron memiliki debit air yang cukup besar, namun saat ini baru difungsikan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Tanjungsari, yakni, Desa Kemadang dan Kemiri dan sebagian Kecamatan Paliyan di Desa Giring sebelah selatan dan sebagian Kecamatan Saptosari khususnya untuk Desa Planjan. Setelah dilakukan penelitian oleh konsultan dari Jepang pada 2003 lalu, maka sumber air di Baron bisa dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan air di Kecamatan Tanjungsari, Paliyan, Saptosari, Panggang dan Purwosari. Di sebagian wilayah ini sudah mendapatkan suplai air dari Sub Sistem Ngobaran. Setelah air dari Baron berhasil dinaikkan dengan reservoar lebih tinggi akan dihubungkan dengan air dari Ngobaran, sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan air sampai Kecamatan Purwosari. Dana hibah untuk pembangunan Sub Sistem Baron-Ngobaran dari Jica sebesar Rp 80 miliar untuk membangun reservoar atau menara air, berikut perpipaan dan mesin penggerak serta membangun sambungan air sekitar 12 ribu rumah di 5 kecamatan tersebut. Khusus untuk wilayah Kecamatan Panggang, Purwosari dan sebagian Saptosari sebenarnya hampir seluruh desa sudah terpasang pipa berikut asesorisnya dari Proyek P2P Propinsi DIY 1998 lalu. Namun karena air dari Ngobaran tidak bisa menjangkau sampai wilayah tersebut, maka pipa itu hingga kini hanya nganggur. Untuk itu Pemerintah Jepang lewat Jica akan berupaya untuk memfasilitasi agar masyarakat segera keluar dari krisis air bersih pada saat musim kemarau. Bupati Gunungkidul Suharto SH ketika menerima konsultan Jica menyambut baik, dan hal tersebut sudah sesuai dengan program utama bupati untuk menuntaskan masalah kesulitan air. (Awa/Her)-n. Post Date : 18 Februari 2006 |