|
CIREBON, (PR).-Projek air bersih di Blok Cadasngampar Kel. Argasunya Kec. Harjamukti Kota Cirebon, senilai Rp 982 juta, sampai Senin (18/6) masih belum juga selesai. Padahal, masa perpanjangan kontrak kerja (adendum) kedua sudah berakhir, Minggu (17/6). Belum lagi, PT Sarana Graha selaku pemborong juga pernah diwajibkan membayar denda sebesar 5% dari nilai projek karena kena penalti. Sampai kemarin, pekerja masih melakukan pengeboran, meski sudah sampai di titik kedalaman 125 meter. Menurut seorang pekerja, air yang diharapkan dari pembuatan sumur artesis itu, masih belum juga keluar sehingga pihaknya masih melakukan pengeboran. Namun, pelaksana projek dari PT Sarana Graha, Bunaji yang ditemui di lokasi menyatakan, pengeboran yang masih dilakukan bukan karena belum menemukan sumber air, tetapi untuk menemukan kembali sumber air lain. "Di titik kedalaman 25 meter sebenarnya sudah ada sumber air, namun karena masih memungkinkan untuk dibor, jadi pengeboran terus dilakukan untuk menemukan kembali sumber air. Ternyata pada titik kedalaman 85 meter sudah ada sumber air lagi. Karena masih bisa dilakukan pengeboran, kami lanjutkan sampai sekarang dan sudah di titik kedalaman 125 meter," katanya. Menurut Bunaji, saat ini pengeboran yang dilakukan sekaligus untuk mencuci atau melakukan pembersihan lumpur dan sisa material yang lain di sepanjang lubang pengeboran, sebelum dipasang pipa dan pompa listrik bawah tanah. Bunaji juga menjelaskan, air baru akan keluar sebagai sumber air bersih yang bisa dimanfaatkan warga, bila sudah disedot dengan pompa listrik. Selamatan lima kali Bunaji optimistis, pemasangan peralatan sampai dengan air bisa dimanfaatkan warga, selesai dalam minggu-minggu ini. "Semua sudah dipersiapkan dari mulai pembangunan bak penampungan sampai pemasangan 12 titik hidran. Tinggal pemasangan pompa listrik saja," katanya. Soal lewatnya masa kerja adendum kedua, Bunaji mengaku tidak tahu-menahu. Ia menyarankan "PR" untuk konfirmasi langsung kepada Direktur PT Sarana Graha, Herman Karya. Namun, Bunaji mengakui adanya keterlambatan masa penyelesaian pembuatan sumur artesis, karena harus berpindah-pindah lokasi pengeboran sampai lima titik. Pada titik pengeboran satu sampai empat, tidak bisa selesai karena mata bor patah. "Menurut warga, lokasi sekitar sini kan paling tinggi di Kota Cirebon dan termasuk angker. Kami sampai melakukan selamatan lima kali agar pelaksanaan projek selamat," ujarnya. Namun saat hendak dikonfirmasi, telefon seluler Herman Karya tidak aktif. Sementara itu, pejabat pembuat komitmen (semacam pimpro-red.) yang juga Kasi Pengawasan SDA dan Bina Marga Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kota Cirebon Sunanto, saat dikonfirmasi menolak berkomentar. Sunanto enggan memberikan konfirmasi dengan alasan khawatir salah bicara.(A-92) Post Date : 19 Juni 2007 |