|
MAKASSAR - Sebanyak enam kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan berkomitmen memperbaiki kualitas layanan penyediaan air bersih dan sanitasi dengan menandatangani kerja sama program Indonesian Urban Water Sanitation and Hygiene, bekerja sama dengan USAID. Keenam daerah tersebut adalah Makassar, Takalar, Maros, Parepare, Enrekang, dan Jeneponto. Perwakilan USAID Indonesia, Rosa Manurung, mengatakan dipilihnya ke-6 kabupaten/kota tersebut berdasarkan tingkat kebutuhan pelayanan air bersih dan sanitasi masing-masing daerah. "Kami telah mengadakan survei dan menilai bahwa keenam daerah inilah yang paling buruk, dalam hal pelayanan air bersih dan sanitasi, dibanding daerah lainnya di Sulawesi Selatan," kata dia. Selain melihat tingkat kebutuhan tiap-tiap daerah, ia menuturkan, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah komitmen masing-masing daerah dalam memperbaiki kualitas layanan. Menurut Rosa, pemerintah daerah di keenam daerah ini dinilai memiliki komitmen dan dukungan yang cukup tinggi. "Kerja sama ini akan berlangsung selama 5 tahun ke depan." Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Selatan Tan Malaka Guntur mengatakan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan merupakan salah satu prioritas utama pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2008-2011. "Hal ini mengingat pemenuhan kebutuhan air minum dan penyehatan lingkungan merupakan kebutuhan dasar masyarakat," kata dia. Tan Malaka menjelaskan, program kerja sama dengan USAID tahun ini diharapkan dapat meningkatkan target pelayanan penyehatan lingkungan di Sulawesi Selatan. Pada 2010, ia mengatakan cakupan pelayanan air minum di perkotaan baru mencapai 28,45 persen dan pedesaan 62,55 persen. Untuk 2015, dalam rencana Millennium Development Goals (MDGs), peningkatan di daerah perkotaan ditargetkan mencapai 81,63 persen dan pedesaan sebesar 54,42 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, menurut Direktorat Badan Permukiman dan Perumahan Maraita Listyasari, masyarakat yang mendapat akses air minum layak baru mencapai 45,7 persen pada 2010, sedangkan yang mendapat akses sanitasi baik baru mencapai 55,5 persen. "Kondisi ini dinilai sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia," katanya. Kepala Perwakilan USAID, Glenn Anders, mengatakan kerja sama ini untuk meningkatkan hubungan kedua negara besar tersebut di bidang lingkungan, kesejahteraan, demokrasi, meningkatkan tenggang rasa, dan keamanan. "Akses lebih besar terhadap air bersih dan sanitasi membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup sekitar 1 juta jiwa warga kurang mampu di enam kota dan kabupaten," ujar Glenn. ANISWATI SYAHRIR| SUKMAWATI Post Date : 26 Januari 2012 |