|
Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan, karena harga minyak mentah dunia dan harga kebutuhan pokok terus naik, target pengurangan jumlah warga miskin sebesar 50 persen pada tahun 2015, yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) bisa gagal. Oleh karena itu, perlu solusi bersama di tingkat dunia untuk mencegahnya. ”Untuk terus meroketnya harga minyak, sudah mulai terdengar suara di mana-mana agar dunia mengambil langkah. Kalau tidak, dunia akan gelap, cita-cita masyarakat dunia untuk mengurangi kemiskinan separuh sampai 2015 bisa gagal. Cita-cita dunia untuk mencapai yang disebut MDGs bisa gagal. Alih-alih masyarakat dunia makin sejahtera, bisa makin miskin, makin lapar,” ujar Presiden dalam pembukaan lokakarya pengurangan kemiskinan di Jakarta, Selasa (10/6). Dengan jumlah penduduk sekitar 6,4 miliar, Presiden menuturkan, saat ini masih terdapat sekitar 2,5 miliar orang miskin di seluruh dunia. Di Indonesia, jumlah rakyat miskin saat ini sekitar 36 juta orang, dari penduduk sekitar 230 juta. Kondisi itu masih lebih baik daripada sejumlah negara lain. Akan tetapi, dibandingkan dengan negara yang kondisinya lebih baik, Indonesia tentu jauh lebih buruk. Untuk upaya menyelamatkan rakyat dunia dari kemiskinan, Presiden mengakui menyurati Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda agar masalah pangan diagendakan dalam pertemuan negara anggota G-8+8. Indonesia juga berharap diundang untuk pertemuan yang akan dilaksanakan awal Juli 2008 itu. ”Bangsa yang sangat menderita mengalami kesulitan ekonomi, keamanannya akan terganggu. Dunia kita menjadi lebih tidak aman. Ini persoalan mendasar. Indonesia akan terus ikut bersama negara lain untuk mencari solusi bersama-sama di tengah gonjang-ganjing,” ujarnya. Bantah tuduhan Presiden juga membantah tuduhan yang mengatakan pemerintah yang dipimpinnya tak memiliki strategi dan kebijakan untuk mengurangi jumlah rakyat miskin dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Strategi yang disusun sejak awal pemerintahan itu adalah membangun terus ekonomi dengan distribusi yang adil. Untuk strategi ini, Presiden menyebut triple track strategy, yaitu progrowth, projob, dan propoor yang didengung-dengungkannya pada awal pemerintahan. Oleh sebab pertumbuhan ekonomi tidak otomatis menetes ke bawah, pemerintah merancang strategi percepatan pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Strategi itu dianalogikan dalam program memberi ikan, kail, dan perahu kepada rakyat miskin. (INU) Post Date : 11 Juni 2008 |