|
PATI - Perilaku masyarakat petani yang mengunakan cara-cara premanisme agar mendapat air untuk memenuhi kebutuhan tanaman padi miliknya, kini mulai menggejala. Karena itu, pihak keamanan dimohon untuk selalu mewaspadai aksi mereka. Salah seorang tokoh masyarakat di Desa/Kecamatan Gembong, Pati Kaharto mengingatkan hal tersebut karena cara-cara seperti itu sudah mulai muncul di Pati. Apalagi tanaman padi milik petani di wilayah jaringan irigasi Waduk Seloromo, saat ini mulai berbutir. Dengan demikian, tuntutan kebutuhan air bagi mereka tidak bisa ditawar, terutama jika tidak ingin gagal panen. Meski demikian, sangat memprihatinkan jika untuk mendapatkan air itu dilakukan dengan cara-cara premanisme. Sebab pihak yang berkompeten tentu sudah melakukan perhitungan teknis untuk melayani mereka. Semua pihak seharusnya bisa memaklumi jika pendistribusian air ke petani harus dilakukan berdasarkan skala prioritas. Apalagi tahun ini, kapasitas daya tampung Waduk Seloromo tidak bisa maksimal. Dari 9 juta meter kubik yang diharapkan, hanya terpenuhi 6 juta meter kubik. Karena itu, air waduk tidak bisa dialirkan sembarangan atau asal ada yang minta tetapi harus diperhitungkan pula pengamanan konstruksi bangunan waduk agar selalu terjaga pembasahannya. Jika semua pihak memahaminya, tentu akan maklum dengan jadwal pengaturan pembagian air. Namun ternyata, hal ini belum dimengerti oleh semua pihak sehingga timbul perilaku premanisme. Seperti yang pernah terjadi di Waduk Seloromo. Saat itu sekelompok orang yang naik kendaraan roda empat, mendatangi penjaga waduk. ''Mereka tidak hanya sekadar minta agar pintu yang menuju saluran pembagi ke areal pertanian milik mereka dibuka, tapi juga mengancam dengan senjata tajam,'' ujarnya. Perkumpulan Apa daya seorang penjaga, masih kata Kaharto, jika pada tengah malam didatangi sekelompok orang bersenjata tajam yang minta jatah air. Tidak ada alternatif lain kecuali memenuhi permintaan mereka. Hanya yang menjadi pertanyaan, apakah cara-cara seperti itu akan terus berlanjut tanpa mendapat perhatian dari pihak yang berkompeten atau aparat keamanan? Jawabnya, tentu harus ada penanganan dalam bentuk koordinasi antara pihak keamanan dan pihak yang berkompeten. Sebab anggota perkumpulan pemakai air cukup banyak dan melalui mereka, bisa dijelaskan tentang kondisi air sejak dini. Dengan demikian, pada saat musim kering (kemarau), para petani tidak terus berupaya menanam padi. Sebagai gantinya, petani bisa dianjurkan untuk menanam palawija sehingga pola tata tanam benar-benar dilaksanakan secara konsisten. Hal itu bisa disampaikan kepada para pengurus perkumpulan sehingga mereka bisa meneruskan informasi itu kepada para petani anggotanya. Jika sudah dianjurkan melaksanakan pola tata tanam secara benar tetapi tidak mereka ikuti dengan tetap menanam padi, maka risiko kekeringan tidak bisa ditumpukan kepada pihak yang berkompeten menangani pembagian air waduk. Hanya itulah alternatif terbaik. Para petani tidak bisa bergantung pada air dari jaringan irigasi waduk karena tampungan airnya tidak maksimal. ''Untuk itu, kami mengharap siapa pun mereka, hendaknya menghentikan cara-cara premanisme untuk mendapatkan air.''(ad-15m) Post Date : 25 Mei 2005 |