Jakarta, Kompas - Potensi air baku untuk air minum dari laut dalam di Samudra Hindia disurvei tim Institut Pertanian Bogor. Kegiatan itu untuk mencari dan mempersiapkan alternatif sumber air baku pada saat terjadi kekeringan di masa mendatang.
”Survei baru saja dilakukan pekan lalu. Berangkat dari Teluk Jakarta menuju Pelabuhan Ratu, Sukabumi,” kata Johnson Lumban Gaol, dosen dan peneliti dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB), ketika dihubungi, Jumat (23/9).
Lumban Gaol bersama tim melanjutkan riset yang dirintis seniornya, Prof Bonar Pasaribu. Pasaribu yang pensiun dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB tahun 2008 mengembangkan komersialisasi air laut dalam di Bali sejak September 2010.
”Bahan baku diambil dari laut di Selat Lombok di kedalaman 350 meter. Per hari dihasilkan 3.000 liter,” kata Pasaribu.
Oceanic
Pasaribu bekerja sama dengan Kimiya Homma, kolega dari almamaternya di Universitas Tokai, Jepang, membentuk perusahaan PT Omega Tirta Kyowa. Perusahaan ini memproduksi air minum kemasan dengan air baku dari laut dalam dengan merek dagang Oceanic.
Kondisi air laut di kedalaman 350 meter bersuhu 10 derajat celsius, bersih, stabil, dan kaya mineral. Kandungan mineralnya, kata Pasaribu, meliputi kalsium, natrium, kalium, dan magnesium yang baik untuk kesehatan.
Menurut Lumban Gaol, IPB bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan membuat survei potensi air laut dalam di Samudra Hindia untuk air minum. Di perairan Laut Jawa kedalamannya hanya 100 meter, termasuk air permukaan.
”Teknologi pengolahan air laut untuk air minum sudah memadai,” kata Lumban Gaol.
Air minum dari air laut dalam yang diproduksi Pasaribu dijual di pasaran Rp 8.000 per 500 mililiter. Menurut Lumban Gaol, harga akan cenderung turun untuk masa-masa berikutnya.
”Seperti geotermal pada awalnya menghasilkan listrik sangat mahal dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan secara konvensional. Akan tetapi, lama-lama listrik dari geotermal harganya sama dengan listrik konvensional,” kata dia. (NAW)
Post Date : 24 September 2011
|