|
Pontianak,- Hujan yang mengguyur Kota Pontianak sehari semalam sejak Sabtu kemarin menyebabkan beberapa kawasan 'langganan' tergenang air. Parit-parit diluapi air, sehingga tak mampu lagi menampung genangan di jalan-jalan. Ruas jalan yang kerap menjadi kawasan rawan genangan air seperti Jalan Veteran, Jalan Purnama serta Jalan A Yani juga tampak digenangi air. Walau frekwensi hujan secara umum banyak, namun hujan lebat hanya sedikit. Selebihnya, Pontianak diselimuti dengan mendung dan hujan rintik-rintik yang melebat sesekali. Kawasan Jalan Putri Daranante, di sekitar pemakamam umum hingga beberapa ratus meter ke depan juga digenangi air. Jalan Podomoro dan Jalan Pangeran Nata Kusuma beberapa juga digenangi air, walau tidak separah musim penghujan yang lalu. Akibat genangan air tersebut, banyak warga yang melintas di jalan dengan sangat hati-hati. Baik warga yang menggunakan kendaraan roda dua dan empat maupun pejalan kaki. Mereka khawatir terperosok dilubang yang tergenang air atau terpercik genangan dari kendaraan yang lewat. Di musim penghujan kali ini, kawasan Jalan Gajahmada agaknya belum digenangi air. Kawasan Jalan Gajahmada, dulunya dilintasi oleh sebuah parit. Namun parit-parit itu kini ditutupi oleh jembatan atau semen sehingga menyebabkan drainase tidak lancar. Husin (67) salah seorang warga di Jalan Gajahmada VII mengatakan, sebelum kawasan Jalan Gajahmada berkembang menjadi pertokoan dan pemukiman parit besar tersebut dijadikan tempat mandi dan mencuci. "Apalagi parit di samping pasar Flamboyan dan parit yang memisahkan Jalan Diponegoro dan Jalan Agus Salim, dulu sebutannya sungai," kenangnya. Ia mengatakan, arus kedua sungai yang kini menjadi parit tersebut cukup deras jika air pasang. "Kedalamannya juga lumayan," tambahnya. Kini kedua parit yang diharapkan sebagai aliran air menuju sungai kini tak lagi sederas dulu. Banyak sampah rumah tangga yang mencemari dan terkadang menimbulkan bau yang kurang sedap. Parit di samping Pasar Flamboyan yang relatif masih lancar dan menjadi bagian kehidupan masyarakat dibibirnya. Karena tak ada air leding, mereka menggunakan airnya untuk keperluan mencuci, mandi bahkan kakus. A Fun warga Jalan Gajahmada lainnya mengatakan kawasan komplek TVRI, serta kediaman Gubernur dan Waduk Permai, dulunya adalah rawa-rawa dan pekuburan Cina. "Kini di kawasan Waduk saja yang masih tersisa rawa, lainnya telah menjadi perumahan," jelasnya. Kota Pontianak harusnya bercermin pada Jakarta mengenai penggunaan kawasan rawa sebagai perumahan. Lantaran tak ada lain dataran rendah untuk menampung air karena telah diolah fungsi, maka kawasan perkotaan pun tergenang. Ke depan dia berharap kepada pemerintah Kota Pontianak, khususnya dinas terkait dapat merancang kawasan pembangunan perkotaan dengan konsep pembuangan air yang baik. "Selain itu, tata ruangnya harus sesuai peruntukan dan untuk sepuluh tahun ke depan," harapnya. Pemkot, lanjutnya, harus dapat memperhatikan kawasan yang minim drainase ini. Karena genangan air tidak saja dapat menyebabkan kondisi jalan licin, tetapi juga dapat menimbulkan berbagai penyakit. Ditambahkannya, ia mendukung program normalisasi parit sehingga jika hujan turun, maka air pun mengalir lancar ke tempat yang lebih rendah dan segera masuk ke sungai. Ia mengatakan, selain jalan ditata, parit-parit juga perlu penataan, terutama untuk aliran keluarnya. " Hal ini lebih baik, ketimbang membuat drainase baru. Yang ada sekarang banyak yang sumbat, karena pembangunan yang semena-mena menutup saluran tersebut," ujarnya lagi.(lev) Post Date : 18 Juli 2005 |