|
KEDIRI- Sejumlah pelanggan PDAM Kota Kediri di wilayah timur mengeluhkan suplai air yang macet sejak Jumat lalu. Akibatnya, mereka terpaksa harus mengungsi ke tetangga yang mempunyai sumur. Yuliati, 34, warga Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota, misalnya. Aliran air PDAM ke rumahnya bahkan macet sejak Kamis malam lalu. Tepatnya sekitar pukul 21.00. "Saya pikir cuma sebentar. Tapi, sampai hari ini (kemarin, Red) belum menyala," keluhnya kepada Radar Kediri kemarin. Yuli mengaku sehari-hari hanya mengandalkan pasokan air dari PDAM. Baik untuk mandi, mencuci, atau memasak. Makanya, begitu pasokan itu macet, di kebingungan. Sehingga, terpaksa harus mengungsi ke tetangga yang mempunyai sumur untuk meminta air. Atas hal ini, Yuli mengatakan, sudah melapor ke PDAM melalui telepon. Namun, dia hanya mendapat jawaban bahwa itu terjadi karena kerusakan sumur pompa di Ngronggo. "Katanya masih diperbaiki. Tapi, sampai kapan belum tahu," tuturnya. Hal serupa dialami Sugianto, 37, warga Perumahan Betet Indah. Air PDAM ke rumahnya macet sejak Jumat lalu. Bahkan, nasibnya lebih mengenaskan. Sebab, para tetangganya di perumahan sama-sama tidak mempunyai sumur. Semua mengandalkan pasokan air dari PDAM. Makanya, mereka harus mengungsi ke luar perumahan untuk mencari air. Termasuk Sugianto. Dia mengungsi ke rumah salah satu saudaranya di Kelurahan Betet. Jaraknya sekitar tiga kilometer dari perumahan. "Tiap pukul 05.30 saya bawa anak saya ke sana untuk mandi," ungkap pria yang bekerja di salah satu supermarket di Kota Kediri ini. Dikonfirmasi tentang macetnya pasokan air ini, Plt Direktur Utama (Dirut) PDAM Kota Kediri Syaiful Muslimin membenarkan bahwa penyebabnya adalah kerusakan sumur pompa di Ngronggo. Sumur pompa ini antara lain melayani pelanggan di sekitar Perumahan Ngronggo, Perumahan Betet, Perumahan Permata Biru, dan Perumahan Permata Hijau. "Kami sebenarnya langsung berusaha memperbaiki. Tapi, ternyata tidak bisa," katanya kepada Radar Kediri melalui telepon. Karena itu, lanjut Syaiful, kebutuhan air sebagian pelanggan terpaksa diambilkan dari sumur pompa lain. Tapi, itu tidak bisa mencukupi. Debitnya sangat kecil. Bahkan, banyak yang sama sekali tidak kebagian. Makanya, manajemen kemudian memutuskan untuk membeli pompa baru. Harganya sekitar Rp 50 juta. Namun, pompa yang sesuai dengan spesifikasi tidak terdapat di Surabaya. Melainkan, harus membeli di Jakarta. Itupun tidak bisa langsung. "Kami harus memesannya lebih dulu," lanjut lelaki yang baru diangkat sebagai asisten II sekkota ini. Lalu, kapan pesanan tersebut datang? Syaiful menyebut hari ini. Dijadwalkan, pompa yang baru sudah datang dan langsung bisa dipasang. Sehingga, suplai air kembali lancar. "Besok (hari ini) air akan lancar lagi," janji mantan kepala dinas pekerjaan umum ini. Dia menambahkan, belajar dari kasus tersebut, manajemen juga berencana untuk membeli satu unit pompa baru lagi sebagai cadangan. Ini untuk mengantisipasi sewaktu-waktu terjadi kasus serupa. (ut) Post Date : 23 Januari 2007 |