|
Jakarta, Kompas - Menghadapi banjir selama puncak musim hujan Januari-Februari ini, Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyiagakan pompa dan menggenjot perbaikan saluran air. Kepala Seksi Perencanaan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Selatan Deddy Budi Widodo sudah menyiagakan pompa mobil. Menurut Deddy, pihaknya telah menyiagakan pompa mobil dengan kapasitas 80 liter per detik. ”Bahaya banjir masih amat mungkin terjadi khususnya di bantaran Sungai Ciliwung dan Sungai Krukut karena belum semua saluran air diperbaiki. Selain itu, program normalisasi, seperti proses pembebasan lahan, baru berjalan,” kata Deddy di Jakarta, Rabu (2/1). Menurut Deddy, beberapa lahan di bantaran Ciliwung yang rawan banjir yaitu Kebon Baru dan Bukit Duri. Di bantaran Krukut, yang rawan banjir, yaitu Petogogan dan Kampung Pulo di Cilandak. Di Kampung Pulo, pada akhir 2011 hingga pertengahan 2012 sempat berkali-kali tergenang karena penyempitan parah dan okupasi badan sungai. Sampai saat ini, potensi banjir di kawasan itu masih cukup tinggi karena belum semua bantaran yang berbatasan dengan permukiman tertutup tanggul. Di Petogogan, menurut Deddy, akan segera ditambah fasilitas pompa. Di kawasan ini, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat terjebak banjir. ”Saat ini sudah ada pompa di RW 1 Pulo Raya, Petogogan. Tahun ini, segera dibangun saluran di kawasan yang sama. Agar air hujan makin cepat terserap ke saluran, drainase di kawasan tersebut akan ditingkatkan untuk mendukung kerja pompa yang telah ada. Di RW 2, rencananya pada tahun ini juga akan ditambah fasilitas pompa baru,” tuturnya. Sebelumnya, Wali Kota Jakarta Selatan Anas Effendi menyatakan masih ada 37 lokasi rawan banjir di wilayah kerjanya. Beberapa kawasan, seperti yang disebutkan Deddy dan juga IKPN Bintaro, termasuk di dalam kategori kawasan rawan banjir itu. ”Untuk itu, kami mendukung upaya pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI menormalisasi Ciliwung dan Kali Pesanggrahan. Saat ini, kami juga tengah menggenjot upaya pembebasan lahan untuk paket proyek normalisasi Pesanggrahan, Angke, dan Sunter,” kata Anas. Terkait penanganan banjir Jakarta, Direktur Sungai dan Pantai Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Pitoyo Subandrio menegaskan, drainase Kalibaru di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, merupakan wewenang Pemprov DKI Jakarta. Saat paparan penanganan banjir Jakarta pada akhir Desember 2012, Pitoyo menjelaskan, meskipun drainase Kalibaru hulunya di Depok dan merupakan pecahan aliran Sungai Ciliwung yang disodet Bendung Katulampa di Bogor, tetapi sejak 1996 ada surat perjanjian bersama antara Kemen PU dan DKI yang menegaskan Kalibaru menjadi tanggung jawab DKI. ”Ciliwung memang tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi dengan adanya perjanjian itu maka Kalibaru meskipun bagian dari Ciliwung tetapi menjadi tanggung jawab DKI,” kata Pitoyo. Drainase Kalibaru kini mengalami penyempitan dan tertutup sampah. Masalah di drainase ini menyebabkan kawasan Cililitan sering kebanjiran tiap kali hujan deras turun. Titik banjir Terkait upaya mengatasi banjir yang membelenggu Jakarta, Jokowi mengatakan, dalam satu tahun ditargetkan 8-12 titik banjir hilang. ”Kita kejar-kejaran dengan waktu. Ada setidaknya 78 titik banjir. Targetnya setiap tahun 8-12 titik bisa hilang. Bisa dihitung berapa tahun seluruh titik banjir bisa hilang, dengan catatan tidak muncul titik banjir baru,” katanya. Saat ini Pemprov DKI Jakarta tengah mengkaji rencana pembangunan terowongan multiguna sebagai salah satu terobosan mengatasi banjir. Jokowi telah memerintahkan Biro Hukum untuk mengkaji aspek hukum rencana itu. Dia juga meminta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah untuk memasukkan rencana pembangunan itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Sementara itu, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Makmur, di Cibinong, mengaku akan memantau kondisi bantaran Sungai Ciliwung. Ini sebagai antisipasi curah hujan tinggi pada Januari-Februari di hulu Ciliwung di kawasan Puncak. Logistik, personel, dan lokasi pengungsian darurat disiapkan jika Ciliwung meluap. Menurut dia, pihaknya sudah mengirim surat edaran untuk antisipasi cuaca ekstrem kepada perangkat pemerintahan di wilayah yang dilalui Sungai Ciliwung. Di Kabupaten Bogor, Sungai Ciliwung hulu dan tengah melintasi Kecamatan Cisarua, Megamendung, Ciawi, Cibinong, Sukaraja, Kemang, dan Bojonggede. Setidaknya terdapat 627.329 warga Kabupaten Bogor tinggal di daerah aliran Sungai Ciliwung atau sekitar 11 persen dari total warga yang bermukim di Ciliwung hulu, tengah, dan hilir di Bogor, Depok, dan DKI Jakarta. ”Kami juga mulai bulan Desember ini mendapat bantuan sistem deteksi dini cuaca dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Memang masih dalam tahap uji coba, tetapi satu jam sebelum cuaca ekstrem terjadi kami akan mendapat informasinya,” kata Makmur. Menurut Makmur, pihaknya sudah memiliki satu unit monitor yang terkoneksi dengan pusat data LAPAN untuk melihat kondisi cuaca. Selain itu, petugas dari LAPAN juga akan mengirim pesan jika cuaca ekstrem terpantau di wilayah Kabupaten Bogor, sehingga personel BPBD Kabupaten Bogor bisa bersiaga. Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga Nuryadi mengatakan, di Kabupaten Bogor curah hujan pada bulan Januari diperkirakan 200-400 milimeter (mm). Sementara itu di Cisarua yang merupakan hulu Ciliwung diperkirakan curah hujan lebih dari 400 mm. Adapun pada Januari curah hujan rata-rata selama 30 tahun terakhir 406 mm dengan jumlah hari hujan sebulan 25 hari. Menurut dia, curah hujan pada bulan Januari akan lebih tinggi daripada Desember yang 361 mm, atau sedikit di atas curah hujan rata-rata 316 mm. Dengan kondisi curah hujan itu, Nuryadi memperkirakan potensi hujan di wilayah Kabupaten Bogor akan terjadi di Kabupaten Bogor bagian timur dan utara, serta di sebagian Depok. (NEL/FRO/GAL) Post Date : 03 Januari 2013 |