|
SURABAYA, KOMPAS - Banjir yang terjadi di sebagian besar ruas jalan Kota Surabaya salah satunya disebabkan kurang optimalnya pengoperasian pompa penyedot air di beberapa boezem. Padahal, fungsi pompa penyedot air sangat vital untuk mengurangi volume air saat curah hujan tinggi. Wali Kota Bambang DH, Minggu (11/1) di Surabaya, mengungkapkan, beberapa pompa penyedot air mengalami kendala teknis. Selain itu, operasi juga kurang maksimal karena petugas tak berada di tempat saat banjir berlangsung. Ia mencontohkan, di boezem Morokrembangan terdapat lima pompa yang telah terpasang, tetapi belum dapat dioperasikan karena instalasi pipa belum final. Sementara itu, rumah pompa di Wonorejo hanya dapat dioperasikan dua dari tiga pompa yang ada karena rumah pompa tidak memiliki daya listrik yang cukup. "Ada pula rumah pompa di Kali Rungkut yang kemarin tidak berfungsi karena operatornya keburu pulang. Jangan sampai hal seperti ini terulang lagi, pompanya sudah siap, tetapi terkendala teknis yang seharusnya tidak perlu terjadi," kata Bambang. Untuk menambah daya listrik, Bambang telah memerintahkan Dinas Bina Marga dan Pematusan untuk menambah daya listrik di rumah pompa Wonorejo, serta segera menuntaskan pemasangan instalasi pipa di boezem Morokrembangan. Bambang mengakui, akhir-akhir ini terjadi penambahan titik genangan air di Surabaya. "Rumah saya juga kebanjiran, padahal biasanya tidak pernah. Tetapi ini hanya terjadi bila curah hujan cukup tinggi dan merata disertai kenaikan air pasang seperti kemarin," ujarnya. Secara terpisah, Kepala Dinas Bina Marga dan Pematusan Sri Mulyono mengatakan, pihaknya telah mengupayakan penggunaan pompa penyedot air sejak Desember 2008 lalu. Namun, diakuinya beberapa pompa memang masih belum optimal karena baru saja dilakukan pemasangan. Sri Mulyono menjelaskan, saat ini Pemkot Surabaya memiliki lebih dari 30 pompa untuk menanggulangi genangan air. Tujuh pompa terdiri dari lima pompa berskala penyedot 1,5 meter kubik per detik dan dua pompa pegas berskala 0,5 meter kubik per detik di boezem Morokrembangan. Dua pompa baru berskala penyedot 1,5 meter kubik per detik diletakkan di boezem Wonorejo. Satu pompa lumpur berskala 0,25 meter kubik per detik ditempatkan di Kali Rungkut dan tiga pompa baru berskala penyedot 2,5 meter kubik per detik ditempatkan di Kebun Agung. Minim "spoil bank" Selain mengoptimalkan pompa penyedot air, pengerukan Kalimas juga mendesak dilakukan, mengingat tinggi permukaan air Kalimas saat hujan deras selalu bertambah seiring pendangkalan sungai yang terus terjadi. Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I (PJT I) Widyo Parwanto menyatakan, pengerukan Kalimas saat ini terkendala minimnya spoil bank atau bak penampung sedimen. (DEE/ABK) Post Date : 12 Januari 2009 |