|
AMLAPURA - Pompa air Ujung yang dibiayai dari World Bank senilai Rp 2.2 milyar terancam mangkrak. Ini terjadi setelah pompa yang digunakan untuk menyuplai kebutuhan air warga Seraya dan Karangasem kota, rusak berat. Padahal pompa tersebut baru dimanfaatkan satu tahun terakhir. Akibatnya dalam beberapa hari terakhir suplai air bersih untuk warga didaerah tersebut, mandeg."Kami sampai kebingungan mencari air untuk keperluan hari raya. Bagaimana pelayanan PDAM kok bisa begini. Tarif dinaikan tapi pelayanan tetap saja tak bagus,"ujar Gde Parta kemarin (15/10). Mantan Kelian Dusun Seraya Barat ini mengatakan, mandegnya suplai air bersih memaksa warganya turun ke lokasi mata air terdekat yakni ke mata air Ujung. Padahal jarak minimal yang ditempuh bisa mencapai 2-5 km dengan medan naik turun. Sebenarnya distribusi air bersih melalui mobil tangki PDAM, juga ada. Namun air itu ternyata tak sepenuhnya gratis karena warga masih dibebani untuk membayar sekitar Rp 50-60 ribu."Kalau diberikan gratis kami mau. Tapi faktanya kami masih disuruh membayar," sebutnya. Kerusakan pompa air Ujung dibenarkan Komisi C DPRD Karangasem, Wayan Sunarta. Menurut Sunarta yang turut tergabung ke dalam tim satkorlak penanganan bencana kekeringan, untuk servis perbaikan mesin, paling tidak dibutuhkan dana Rp 35 juta. Hanya sayang sampai saat ini PDAM tak punya anggaran untuk perbaikan mesin. Pertahun saja, PDAM hanya menganggarkan biaya perbaikan mesin senilai Rp 10 juta. Lho kok kecil ? Usut punya usut, ternyata suplai air bersih untuk Seraya, warganya tak dipungut biaya alias gratis. Kok bisa ? "Pompa air Ujung baru dalam tahap percobaan. Jadi kita belum berani menarik tarif. Tragisnya belum sempat kita dapat hasil, mesinnya keburu rusak,"kata Ketua Komisi C ini. Ironisnya lagi, mendekati tutup buku, untuk biaya listrik PDAM harus mengeluarkan anggaran setidaknya sebesar Rp 1 milyar. Padahal pemasukan yang masuk ke kantong PDAM, terbilang sangat minim. Yang memprihatinkan, kata Sunarta, dari hasil analisa sementara jika pompa air Ujung dioperasikan, maka cost untuk perawatan dan listrik akan naik tajam. Ini terjadi karena posisi mata air Ujung berada lebih rendah daripada posisi Seraya dan Karangasem Kota yang terletak didataran sedang. Lebih celaka lagi jika pompa air itu tak dimanfaatkan karena investasi senilai Rp 2.2 milyar akan menjadi mubazir."Posisi Pemkab sangat dilematis. Kami sendiri masih berunding apa perlu penanganan air bersih untuk Seraya diserahkan kepada pihak swasta,"bebernya. Sebenarnya menurut dia masih ada celah lain untuk mengurangi biaya operasional mesin pompa utamanya untuk mata air yang posisinya lebih rendah dari perumahan penduduk. Kata dia yakni menggunakan teknologi gravitasi atau istilahnya teknologi geomembran. Hanya saja kendalanya dibutuhkan investasi awal yang sangat besar."Tapi setelah itu ongkosnya lebih kecil karena biaya perawatannya tak seberapa,"lanjutnya. Tapi yang pasti untuk tahap awal pemerintah telah menerjunkan 8 mobil tangki kapasitas 5000 liter untuk warga Seraya dan Kubu."Air ini gratis. Kalau ada yang menjualnya, lapor saja ke Pemkab. Kami akan memberi sangsi kepada sopir yang berani menjual air subsidi ini,"pungkas Sunarta.(mus) Post Date : 16 Oktober 2005 |