PLTSa Ternyata tak Perlu Rumit

Sumber:Pikiran Rakyat - 01 Oktober 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
TANPA ribut-ribut, tanpa reaksi berlebihan dari masyarakat, serta tanpa aksi dukung-mendukung terhadap pihak tertentu, pembangunan sebuah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di wilayah Kab. Bandung tiba-tiba dimulai, Jumat (28/9). Jika wacana pendirian sebuah PLTSa di Kota Bandung menjadi sangat rumit, justru rencana pembangunan PLTSa di Kab. Bandung berjalan sangat mulus.

Projek pembangunan PLTSa di Kab. Bandung ini juga tercatat sebagai PLTSa pertama di Indonesia. Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, akan dipastikan pada akhir 2008 mendatang PLTSa di Kab. Bandung itu akan segera beroperasi.

Lokasi yang dipilih untuk pembangunan PLTSa di Kab. Bandung berada di atas lahan tempat pembuangan akhir (TPA) Babakan, di Desa Babakan Kec. Ciparay Kab. Bandung. Dari sekitar 10,2 hektare luas keseluruhan TPA Babakan, PLTSa hanya akan memakan luas sekitar 0,5 hektare. Sebagian lahan lainnya akan dijadikan tempat pengomposan (composting) yang telah disiapkan lebih dahulu.

Jangan heran jika rencana pembangunan PLTSa Babakan itu hanya satu dari sekian rencana pengolahan sampah di Kab. Bandung. Pemkab Bandung juga telah mengikat nota kesepahaman (MoU) dengan PT Medco untuk memusnahkan sampah dengan cara pengomposan. Rencana awal, tempat pengomposan sampah itu akan dilakukan di sekitar ibu kota Kab. Bandung di Soreang, dan juga akan dibangun dalam waktu dekat.

Pembangunan PLTSa Babakan berawal dari niat dan kepedulian PT PLN (Persero) setelah peristiwa tragis longsornya TPA Leuwigajah, beberapa tahun silam. Melalui program coorporate social responsibility (CSR) yang digulirkan PLN, mereka mencoba menawarkan gagasan pembuatan sebuah pembangkit listrik berbahan dasar sampah perkotaan di Kab. Bandung. Pemkab Bandung menyambut baik rencana itu dan menawarkan lokasi TPA Babakan di Kec. Ciparay sebagai tempat PLTSa tersebut. Untuk mewujudkan PLTSa ini, sejumlah pihak lainnya kemudian ikut dilibatkan.

TPA Babakan adalah satu dari dua TPA yang ada di Kab. Bandung, selain TPA Pasirbuluh di Desa Wangunharja Kec. Lembang yang kini masuk dalam wilayah administratif Kab. Bandung Barat. Sampah yang masuk ke TPA Babakan berasal dari sampah warga Kab. Bandung di wilayah timur dan selatan. Dalam sehari, sampah yang masuk dapat mencapai 150 ton.

General Manager PT PLN Jasa dan Produksi, Ahmad Solihin, mengatakan, PLN telah bekerja sama dengan ITB untuk mendesain sistem pemusnah sampah dalam bentuk pembangkit listrik berbahan bakar sampah yang bersifat nonkomersial. Sistem pemusnahan sampah ini, kata dia, juga merupakan pilot project di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi percontohan bagi daerah-daerah lainnya.

Kesepakatan antara PLN dan Pemkab Bandung tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani 25 Juli 2007 lalu dengan nomor Pemkab Bandung: 671.2/II-DLH/2007 dan PLN: 010.MoU/041/DIR/2007. Berdasarkan keterangan Direktur Pembangkitan dan Energi Primer PT PLN (Persero), Ali Herman Ibrahim, yang menandatangani MoU tersebut, PLN sebenarnya tak hanya mengikat kerja sama dengan Pemkab Bandung dalam pengembangan PLTSa ini, melainkan juga dengan Denpasar, Jakarta, Palembang, dan Medan.

JAUH sebelum rencana pendirian PLTSa, sebenarnya terdapat program lain di TPA Babakan ini. Tiga buah bangunan raksasa berangka baja telah berdiri untuk tempat pengomposan sejak tahun lalu. Sejumlah mesin pengolahan kompos juga telah ada di bawah bangunan tersebut. Untuk memudahkan akses kendaraan sampah menuju TPA, jalan-jalan di dalam TPA juga telah dibeton hingga tak ada lagi genangan lumpur yang menghambat laju kendaraan serta mengganggu warga sekitar TPA Babakan.

Rupanya, mesin pengomposan itu memerlukan tenaga listrik yang sangat besar. Atas alasan itu pula pengomposan di TPA Babakan tak berjalan optimal.

Selain untuk menghidupkan mesin PLTSa sendiri, listrik yang akan dihasilkan PLTSa itu juga rencananya akan dimanfaatkan untuk menghidupkan mesin pengomposan tersebut. Dengan demikian, proses pemusnahan sampah akan berjalan efektif karena bukan hanya listrik yang dihasilkan, melainkan juga kompos yang dapat dimanfaatkan petani.

PLTSa Babakan itu secara langsung akan mengurangi volume sampah sebesar 90% sehingga akan lebih ramah lingkungan. Dengan sampah yang akan dimanfaatkan sebesar 30-50 ton perhari, diharapkan umur TPA Babakan akan lebih panjang. Manfaat lainnya berupa penyerapan tenaga kerja lokal pada saat konstruksi projek dibangun maupun setelah PLTSa ini berjalan.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek, menyatakan di Indonesia teknologi ini masih tergolong baru karena belum ada yang pernah mengaplikasikannya.

Pihak ITB, kata dia, bahkan akan menjadikan PLTSa ini sebagai laboratorium bagi pengembangan energi berbahan dasar sampah. Meski berkapasitas hanya 500 kW, namun pihaknya akan terus mencari nilai efisiensi PLTSa tersebut. Ia tak menampik jika suatu saat nanti kapasitasnya akan ditingkatkan hingga dapat memberikan kontribusi berarti bagi jaringan listrik PLN.

Kapasitas 500 kW bagi sebuah pembangkit listrik, tergolong sangat kecil. Jika meminjam istilah Dirut PLN, PLN siap rugi dengan projek ini! Bayangkan, jika setiap rumah dialiri listrik dengan daya 900 W, PLTSa itu akan mengaliri sekitar 550 rumah saja. Jumlah rumah yang akan dialiri akan menjadi semakin sedikit karena listrik dari PLTSa juga akan digunakan untuk mesin PLTSa sendiri serta mesin composting sampah.

Karena rencana pembangunan PLTSa Babakan ini tergolong kilat, sejumlah masyarakat mengaku tak mengetahui persis bentuk PLTSa yang akan dibangun nanti. Setelah penandatanganan MoU antara Pemkab Bandung dan PLN, baru satu kali sosialisasi yang dilakukan kedua belah pihak secara resmi terkait rencana pembangunan PLTSa tersebut.

Untung saja, Bupati Bandung Obar Sobarna dan Dirut PLN Eddie Widiono langsung mendekati masyarakat --yang kebanyakan adalah pemulung-- tak lama setelah peletakan batu pertama dilakukan, Jumat (28/9) lalu. Dengan sabar, Obar menjelaskan rencana pembangunan PLTSa itu kepada masyarakat sekitar TPA Babakan sekaligus memberikan gambaran keuntungan yang akan diraih masyarakat jika PLTSa itu dioperasikan.

Kepala Desa Babakan, Dadang Holiludin, meminta agar warganya mendapatkan prioritas dalam mendapatkan aliran listrik. Ia bahkan menyampaikan sesuatu yang ironis. Dari 1.800 kepala keluarga (KK) warga desanya, 800 KK di antaranya belum menikmati aliran listrik hingga saat ini.

Iktikad baik yang dibangun semua pihak dalam projek PLTSa Babakan ini menjadi sebab mengapa rencana pembangunan PLTSa ini berjalan sangat mulus. Semoga saja kemulusan upaya ini terus berjalan sampai projek ini selesai dibangun, hingga semua proyeksi tadi dapat berjalan seperti yang diharapkan. Jangan lupa, kemakmuran masyarakat harus tetap menjadi tujuan utama saat PLTSa ini berjalan dan benar-benar menguntungkan. (Deni Yudiawan/PR)



Post Date : 01 Oktober 2007