Jakarta, Kompas - Aneka pipa masih menyumbat 21 titik drainase di jalan protokol Jakarta Selatan. Pemerintah Kota Jakarta Selatan hanya bisa menguras air dan membersihkan sampah di titik sumbatan ini. Akibatnya, banjir terus mengancam di titik sumbatan saat hujan turun.
Sebagian jaringan pipa berisi kabel, air, maupun gas di Jakarta Selatan tertanam di tanah. Sebagian yang lain berada di saluran air sehingga mempersempit daya tampung drainase. Kondisinya lebih buruk jika ada sampah yang tersangkut di pipa tersebut.
”Banyak pipa melintang di drainase. Kami hanya bisa melakukan koordinasi ke pemilik pipa agar menertibkan. Mestinya pipa-pipa itu berada di atas atau sekalian di bawah saluran air,” kata Kepala Seksi Pemeliharaan, Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air, Pemerintah Kota Jakarta Selatan, Noviar di Jakarta, Rabu (26/5).
Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Yayat Hidayat membenarkan persoalan ini. Dia mengkritik nilai retribusi pemasangan pipa di dalam tanah yang murah. Nilai retribusi ini hanya senilai Rp 700 per meter yang tidak sepadan dengan dampaknya.
Sejauh ini, tidak ada satu pun jaringan pipa di Jakarta Selatan yang berada di jalur khusus. Lantaran itu, Suku Dinas PU Jalan Jakarta Selatan berencana membuat jaringan terowongan di kawasan Blok M.
”Tahun ini kami mengerjakan desain jaringan itu. Pengerjaan jaringan mulai tahun depan dengan dana total senilai Rp 25 miliar,” katanya.
Di Jakarta Barat, petugas suku dinas pekerjaan umum tata air dan satuan polisi pamong praja membongkar empat rumah semipermanen yang berdiri di atas saluran air Liberti, RT 8 RW 1, Jembatan Besi, Tambora.
Pembongkaran ini mendapat protes dan perlawanan dari pemilik bangunan. Sempat terjadi perang mulut antara mereka dan petugas. Mereka menuduh petugas bersikap tidak adil dalam melakukan penertiban.
Insiden reda setelah Wakil Camat Tambora Isnawa Adji menengahi pertengkaran. (WIN/NDY)
Post Date : 27 Mei 2010
|