Pipa Pecah, Warga Panik

Sumber:Pikiran Rakyat - 17 September 2005
Kategori:Air Minum
BANDUNG, (PR). Pipa transmisi air baku dari Sungai Cisangkuy berukuran 800 mm milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pecah, Jumat (16/9) pukul 2.00 WIB. Akibatnya, tak kurang dari 30 rumah di Kampung Palasari Kelurahan Sukasari Kecamatan Pameungpeuk Banjaran Kabupaten Bandung, sempat tergenang air sebatas pinggang.

Selain itu, debit air baku yang dialirkan ke pengolahan mengalami penurunan drastis, dari 1.550 liter per detik menjadi 850 liter per detik.

Dalam surat pemberitahuannya, Direktur Utama PDAM Kota Bandung, M. Budiman, memperkirakan bahwa kerusakan tersebut akan menyebabkan terganggunya distribusi air ke pelanggan di sebagian Bandung Timur, Tengah/Selatan, dan Barat.

Dikira tsunami

Warga setempat menuturkan, dini hari itu mendengar suara yang cukup keras dari dalam tanah. Sesaat kemudian, air menyembur dari dalam tanah dan dengan cepat menggenangi permukiman warga. Air itu membawa lumpur dan bebatuan.

Datangnya air begitu cepat, sehingga kami tak bisa menyelamatkan barang-barang. Kirain teh ada tsunami, ujar Ny. Dedeh (37), ketika ditemui, Jumat (16/9) siang.

Menurut Dedeh, dalam hitungan detik, air menggenang hingga sepinggang orang dewasa. Keadaan itu berlangsung tidak kurang dari 1 jam. Warga pun panik, karena tiba-tiba ada air bah, padahal sedang tidak turun hujan.

Beberapa menit setelah air menggenang, barulah warga tahu bahwa pipa PDAM di pinggir jalan (Jalan Raya Banjaran- red.) ini pecah, tuturnya.

Pada pukul 4.00 WIB, petugas dari unit penanggulangan kebocoran PDAM tiba di lokasi dan mulai bekerja. Ternyata, ruas pipa besi sepanjang 6 meter pecah. Namun, belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Dugaan kita, pecahnya pipa itu karena memang sudah tua. Bayangkan saja, pipa buatan Prancis itu dibenamkan sejak tahun 1956. Ini pipa pertama yang ditanam, ungkap petugas PDAM, Setiabudi.

Dugaan lainnya, pipa tersebut menjadi rapuh akibat ramainya situasi lalu lintas di Jalan Raya Banjaran. Apalagi, kawasan tersebut sering dijadikan tempat parkir kendaraan-kendaraan berat.

Situasi dulu dengan sekarang jauh berbeda. Kalau dulu hanya keretek dan mobil-mobil kecil, kini jalan sudah dilalui oleh mobil-mobil bertonase besar. Jelas, keadaan ini memberikan pengaruh terhadap keberadaan pipa yang dibenamkan di kedalaman 3 meter, ujar Setiabudi.

Setiabudi menambahkan, pipa pecah di Palasari itu merupakan kejadian besar kedua dalam 50 tahun terakhir. Kejadian besar pertama juga terjadi di wilayah Kec. Pameungpeuk, beberapa bulan lalu.

Kalau kejadian kecil sih kerap terjadi. Biasanya, kebocoran terjadi karena kerusakan ring penyambung pipa, kata Setiabudi.

Ia menjelaskan, pipa besar itu digunakan untuk mengalirkan air baku dari Sungai Cisangkuy ke PDAM Jln. Badak Singa. Meski berkapasitas 1.500 liter per detik, PDAM hanya mengalirkan 720 liter per detik.

Itu kita lakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan, mengingat usia pipa yang sudah tua, ujarnya.

Setiabudi menjelaskan, kerusakan pada ruas pipa air baku mempengaruhi produksi air PDAM yang didistribusikan kepada masyarakat Karenanya, sejak pukul 3.00 WIB pasokan air baku menurun drastis. Akan tetapi, meski berkapasitas kecil, PDAM masih mendapatkan pasokan dari Dago dan Cikapundung.

Dari Sungai Cisangkuy pun kita masih mendapatkan pasokan. Soalnya, selain pipa yang rusak, kita masih memiliki satu lagi pipa yang mengalirkan air baku dari Sungai Cisangkuy, meski hanya 660 liter per detik, kata Setiabudi.

Petugas yang memperbaiki dari pukul 4.00 WIB, baru berhasil mengangkat ruas pipa yang rusak pada pukul 14.00 WIB. Setengah jam kemudian, pipa pengganti dari gudang PDAM di Cimenteng Banjaran tiba.

Setelah dipasang, proses uji coba pipa baru dilaksanakan 8 jam berikutnya. Biasanya, pasokan air baru berjalan normal selama 3-4 hari, kata Setiabudi.

Akan terganggu

Sementara itu, Direktur Utama PDAM Kota Bandung, H.M. Budiman mengatakan, akibat kejadian itu ada beberapa daerah yang diperkirakan akan terganggu aliran airnya. Untuk wilayah Bandung Timur, di antaranya sebagian Kompleks Antapani dan sekitarnya, Jln. Suci dan sekitarnya, Kompleks Riung Bandung, Kompleks Margahayu Raya dan Kompleks Ciwastra.

Untuk wilayah Bandung Tengah/Selatan di antaranya sebagian Jln. Otto Iskandardinata, Jln. Asia Afrika, Jln. Lengkong, Jln. Buahbatu, Jln. Moh Ramdan dan Jln. Moh Toha. Untuk Bandung Barat antara lain sebagian Jln. Kebonjati, Jln. Gardujati, Jln. Pagarsih, Jln. Babakan Ciparay, Jln. Kopo, Jln. Soekarno-Hatta, Jln. Pajajaran, Jln. Garuda, Jln. Maleber dan Jln. Sudirman.

Budiman mengatakan, bagi pelanggan yang memerlukan pelayanan air tangki, dapat memesan di Kantor Layanan Air Tangki PDAM di Jln. Suci No. 67 Bandung atau menghubungi nomor telefon 2507993.

Lebih lanjut, Budiman mengatakan, rencana ke depan akan dibuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air baku dari Sungai Cisangkuy. Dengan demikian, air tersebut dapat langsung dialirkan kepada pelanggan tanpa harus dialirkan terlebih dahulu ke pengolahan di Jln. Badaksinga. Saat ini, air baku dari Cisangkuy dialirkan ke pengoilahan dengan pipa sepanjang 37 km.

Budiman juga menyatakan, tengah menyusun Prosedur Tetap (Protap) Penanggulangan Bencana, untuk dijadikan acuan jika terjadi musibah atau kecelakaan seperti pecahnya pipa atau ledakan gas khlor. PDAM juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membangun rumah di atas pipa transmisi PDAM.(A-125/A-133)

Post Date : 17 September 2005