Pipa PDAM di Porong Pecah

Sumber:Kompas - 11 Mei 2007
Kategori:Air Minum
SIDOARJO, KOMPAS - Pipa milik Perusahaan Daerah Air Minum Surabaya yang berada di bawah Jalan Raya Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (10/5), pecah. Akibatnya 3.000 pelanggan di Sidoarjo, tidak bisa mendapatkan pasokan air bersih.

Di antara pelanggan yang tidak mendapat pasokan air bersih itu adalah kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, kompleks rumah dinas Bupati Sidoarjo, dan kawasan industri di Jalan Raya Buduran dan Jalan Raya Waru.

Pecahnya pipa yang mengalirkan air 110 liter per detik dari sumber air di Umbulan, Pasuruan ke Sidoarjo dan Surabaya itu terjadi pukul 07.00. Pipa berdiameter 600 milimeter itu sendiri ditanam di bawah jalur Jalan Raya Porong dari arah Surabaya ke Malang/Pasuruan yang sejak Selasa lalu ditutup karena tergenang air lumpur.

Kepala Subdinas Pemeliharaan Pipa Luar Kota PDAM Surabaya Bambang Agus mengatakan, pecahnya pipa tersebut diketahui setelah tekanan di tandon air di Gempol, Pasuruan, menurun drastis. Pada saat dicek ke lapangan ditemukan ada pipa pecah di Jalan Raya Porong. Kejadian itu merupakan kejadian ketiga kalinya. Sebelumnya, tanggal 22 Desember 2006 dan 6 Maret 2007 pipa PDAM Surabaya di Jalan Raya Porong juga pecah.

Kepala Pusat Studi Bencana Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Amien Widodo menduga, pipa PDAM itu pecah karena adanya penurunan dan pergeseran tanah di sekitar pusat semburan.

"Wilayah Jalan Raya Porong masuk ke area penurunan tanah. Adanya penurunan dapat dilihat dari bekas jembatan tol Porong-Gempol yang konstruksinya turun dan pada akhirnya dibongkar," tambahnya.

Berdasarkan penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung pada Agustus 2006, penurunan tanah itu antara 0,67-2,5 sentimeter per hari dengan kawasan rawan ambles berbentuk elips dengan radius 1,5 x 3 kilometer. "Untuk data terakhir, saya minta BPPLS mengumumkannya kepada publik karena data penurunan dan luasnya pasti bertambah," katanya.

Humas PDAM Delta Tirta Sidoarjo Gatot Budi Utomo mengatakan, pecahnya pipa itu mengakibatkan 3.000 dari 73.800 pelanggan PDAM di Sidoarjo tidak akan mendapatkan pasokan air bersih. Mereka yang tidak mendapatkan pasokan itu berada di Porong, Candi, Sidoarjo Kota, dan Waru.

Untuk melayani para pelanggan, PDAM Delta Sidoarjo siap menurunkan tujuh mobil tanki dengan kapasitas 4.000-5.000 liter. "Warga atau pengusaha yang mau dikirim air dengan tanki harus mengeluarkan minimal Rp 52.000 untuk satu mobil tanki," kata Gatot.

Di Surabaya, Humas PDAM Surabaya Sunarno memastikan pelanggannya tetap akan mendapat pasokan air bersih dari instalasi Karangpilang dan Ngagel. Ia juga yakin perbaikan pipa yang pecah bisa selesai Jumat pagi ini.

PDAM Surabaya, kata Sunarno, juga sudah mengkaji kemungkinan merelokasi pipa di Jalan Raya Porong. Sedangkan Deputi Bidang Infrastruktur BPPLS Karyadi mengatakan, relokasi pipa PDAM akan dibuat bersamaan dengan relokasi jalan tol Porong-Gempol, Jalan Raya Porong, rel kereta api, dan pipa gas.

Sementara itu, luberan air lumpur kembali menggenangi Jalan Raya Porong dari Malang ke Surabaya yang dipisahkan oleh median jalan. Akibatnya, jalan itu macet sampai 1 kilometer.

Gulung tikar

Luapan lumpur panas selama hampir setahun juga menyebabkan puluhan pabrik di Kecamatan Porong terendam, sehingga produksi turun drastis. Tiga perusahaan bahkan dilaporkan telah memberhentikan karyawan dan tak mampu beroperasi lagi.

Ketua Gabungan Pengusaha Korban Lumpur Lapindo (GPKLL) SH Ritonga menyebutkan, ketiga perusahaan itu adalah pabrik sabun PT DeBrima, pabrik minuman PT Gunung Mas Sentosa Raya, dan perusahaan makanan PT Primafendo Pangan Makmur. Sebanyak 500 karyawan juga telah diberhentikan sejak 1 Januari 2007 lalu.

Untuk perusahaan lain yang masih bisa beroperasi, kata Ritonga, maksimal hanya mampu berproduksi 20 persen dari biasanya. Pasalnya, banyak mesin dan peralatan produksi yang ikut terendam di pabrik.

Semburan lumpur itu juga meluluhlantakkan pasar properti di kabupaten tersebut. Rumah terjual sepanjang tahun 2006 hanya 30 persen atau sekitar 3.500 unit, dari pencapaian tahun 2005 sebanyak 9.500 unit untuk berbagai tipe. "Sejak lumpur Lapindo, pasar properti di Sidoarjo benar-benar mati suri. Konsumen sama sekali tidak melirik Sidoarjo," kata Wakil Ketua Real estate Indoesia (REI) DPD Jawa Timur Sonny Wibisono.

Berbagai usaha telah dilakukan 110 pengembang di Sidoarjo, yang menjadi anggota REI Jatim, untuk menarik minat konsumen. Beberapa pengembang bahkan mulai memproteksi bangunan rumah, lewat asuransi. Pengembang berjanji akan mengembalikan uang muka dan biaya lain, jika kawasan perumahan yang sudah dibeli konsumen kelak terkena lumpur.

Menurut Sonny, jika 110 anggota REI di Sidoarjo masing-masing memiliki areal 10 hektar, maka ada sekitar 1.100 hektar tanah yang perlu dibangun. Dengan harga tanah rata-rata Rp 200.000 per meter persegi saja, sedikitnya dana yang parkir mencapai Rp 2,2 triliun.

Kendati demikian, pasar properti di Sidoarjo kini mulai menggeliat. Khususnya untuk wilayah barat dan utara Sidoarjo, seperti Tulangan, Sukodono, Krian, Gedangan dan Buduran. Perumahan di Sidoarjo kembali dilirik, karena calon konsumen belum ada pilihan tempat tinggal paling dekat dan akses mudah ke Kota Surabaya. (APA/ETA/INA/AB4/AB1)



Post Date : 11 Mei 2007