|
Jakarta, Kompas - Pintu limpasan saluran pembuang saluran Tarum Barat/Kalimalang ke saluran Kali Buaran berikut sebagian tanggulnya di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, ambrol sejak Rabu (31/8) malam. Akibat peristiwa tersebut, produksi air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulo Gadung PT Aetra Air Jakarta (Aetra) berkurang, sementara IPA Pejompongan PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) tidak berproduksi karena pasokan air baku dari Jatiluhur melalui saluran Kalimalang itu terganggu. Menurut Meyritha Maryanie, Corporate Communication Head Palyja, sebanyak 60 persen atau 250.000 pelanggannya tidak mendapatkan aliran air bersih atau mengalami gangguan pasokan. PT Aetra Air Jakarta, dalam keterangan persnya, mengumumkan adanya penurunan suplai air bersih hingga 37 persen sebagai dampak langsung kerusakan tanggul tersebut. Saat ini, Aetra memiliki lebih dari 386.000 pelanggan di wilayah operasionalnya. Diduga ulah manusia Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mochammad Amron meyakini jebolnya Pintu Air Buaran itu akibat rembesan yang membesar karena tergerus aliran air. Rembesan atau lubang itu bisa terjadi alami atau akibat tindakan manusia. ”Kami menduga kuat rembesan itu akibat tindakan manusia,” kata Amron. Menurut Direktur Utama Perum Jasa Tirta II Eddy Adityawarman Djajadiredja, rembesan secara alami akan diketahui terlebih dahulu oleh petugas pemantau pintu air sehingga bisa diantisipasi. ”Temuan rembesan mendadak dan pintu keburu jebol sebelum bisa dicegah,” katanya. Pihak Perum Jasa Tirta II mendeteksi terjadinya rembesan di bagian tanggul pintu limpasan saluran pembuang sejak Rabu sekitar pukul 21.00 berdasarkan laporan warga sekitar pintu limpasan itu. Menjelang Rabu tengah malam, kira-kira pukul 23.00, pintu limpasan tiba-tiba ambrol berikut sebagian tanggul penyangga pintu limpasan saluran pembuang itu. Untuk penanganannya, menurut Amron, akan dipasang 40 turap baja berbiaya minimal Rp 360 juta guna menutupi pintu air yang runtuh. Pemasangannya memerlukan 3-4 hari guna melancarkan pasokan air ke IPA Pejompongan. Untuk pemasangan turap itu, Kalimalang akan dibendung sehingga aliran air masuk sepenuhnya ke Kali Buaran atau IPA Pulo Gadung. Setelah turap terpasang, bendung dari karung-karung berisi kerikil dan pasir itu akan dilepas. Eddy berkeyakinan, penurapan akan membantu menormalkan pasokan air untuk IPA Pejompongan sekitar 40 persen dari kebutuhan 6 kubik per detik. Perbaikan sementara Kementerian Pekerjaan Umum akan terus berupaya agar perbaikan sementara di Pintu Air Kali Buaran di Kalimalang ini bisa diselesaikan tidak sampai delapan jam. Hal ini agar pasokan air bersih kepada warga bisa secepatnya dipulihkan. Upaya sementara untuk mengatasi gangguan distribusi air di Jakarta itu, menurut Amron, Ditjen Cipta Karya dan PAM DKI Jakarta akan menyiapkan mobil tangki air. Sambil menunggu perbaikan selesai, Palyja juga berusaha untuk mencari tambahan air bersih dari Tangerang. ”Namun, Tangerang tidak bisa terlalu banyak meningkatkan pasokan air bersihnya,” kata Meyritha. Palyja juga telah berkoordinasi dengan Aetra untuk minta pasokan air. Pasokannya akan dialirkan melalui pipa interkoneksi yang hingga saat ini masih ada. ”Mudah-mudahan malam ini (semalam) pipa interkoneksi itu bisa dipakai. Rencananya, kami minta dialirkan 1.000 liter per detik. Namun faktualnya berapa, kami belum tahu,” kata Meyritha. Jika air di pipa interkoneksi itu sudah bisa dialirkan, dalam waktu beberapa jam pasokan air bersih bisa segera dialirkan ke pelanggan. ”Kami memang perlu menggelontor pipa interkoneksi yang sudah lama tidak terpakai itu, tetapi itu tidak memakan waktu lama,” kata Meyritha. Ketahanan air lemah Kejadian ini menunjukkan bahwa ketahanan air bersih di Jakarta hingga kini masih sangat lemah. Begitu ada gangguan dalam proses penyediaan air bersih, Jakarta tidak mempunyai cara untuk mengantisipasi. Menurut Nila Ardhianie, Direktur Amrtha Institute, Jakarta sebagai ibu kota mestinya punya ketahanan air yang andal. ”Seharusnya kejadian ini betul-betul membuat pemerintah pusat dan provinsi segera mewujudkan program-program yang bertujuan meningkatkan ketersediaan air di Jakarta,” kata Nila. Jakarta dilewati 13 sungai, tetapi hampir tidak ada sungai yang airnya bisa dimanfaatkan sebagai air baku untuk air bersih karena tingginya polusi di sungai-sungai itu. ”Air permukaan yang ada di Jakarta sudah waktunya diupayakan untuk bisa diolah. Selain itu, kerja sama memasok air dari daerah lain harus diperkuat,” tutur Nila. (BRO/COK/ARN) Post Date : 02 September 2011 |