|
BOYOLALI, KOMPASn - Peternak sapi perah di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, yang merupakan salah satu sentra penghasil susu di Kabupaten Boyolali, semakin kesulitan memenuhi kebutuhan air dan rumput untuk ternaknya. Peternak harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli air bersih dan mengurangi jatah hijauan sapi. Sudah sekitar dua bulan terakhir, peternak kesulitan mendapat air karena sejak April tidak hujan. Padahal, selama ini mereka menampung air hujan dalam bak besar karena di wilayah kaki Gunung Merapi tersebut tidak memungkinkan pembuatan sumur. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari maupun memberi minum sapi, warga membeli air bersih seharga Rp 75.000-Rp 80.000 per mobil isi 5.000 liter. Notowiyono (52), peternak di Dusun Watesari, Sruni, mengaku dua kali sebulan membeli air untuk kebutuhan mencuci maupun minum tiga ekor sapinya. "Air paling banyak untuk minum sapi. Paling tidak sekali minum habis 40 liter setiap sapi. Sehari diberi minum dua kali," katanya, Jumat (1/8). Hal serupa juga dialami peternak lainnya, Rustanti (45) dan Eko Susilo (33). Rustanti memiliki dua sapi indukan dan satu anak sapi berumur satu bulan. Eko memiliki satu ekor sapi. Selain kesulitan air, mereka juga terpaksa harus mengurangi jatah makan rumput atau hijauan sapi hingga separuhnya. Rustanti yang semula menyediakan 2-3 keranjang besar rumput, kini hanya bisa memberi satu keranjang rumput kepada sapinya. Terkadang dia kesulitan memperoleh rumput basah sehingga harus membeli daun kacang tanah Rp 10.000-Rp 15.000 per hari untuk sapinya. Musim kemarau ini membuat pengeluaran untuk pemeliharaan sapi perah nyaris tak lagi sesuai dengan pendapatan. Untuk membeli konsentrat, air, ubi, pepaya, dan hijauan, Notowiyono harus mengeluarkan uang sekitar Rp 60.000 per hari. Setiap hari dia hanya bisa mendapatkan 25 liter susu dengan harga jual Rp 2.800 per liter. (gal) Post Date : 02 Agustus 2008 |