|
BANYUWANGI - Sumber air PDAM di Dusun Pawan, Desa Gombengsari, Kalipuro dirusak massa kemarin. Sekitar 200 orang bersenjatakan linggis dan godam mendongkel tembok tempat penampungan air. Bukan hanya itu. Massa dari kalangan petani Klatak dan Kalipuro itu juga menjebol pipa buang yang semula ditutup oleh pihak PDAM Banyuwangi. Aksi perusakan tersebut berlangsung satu jam lebih. Tidak ada yang mampu membendung aksi amuk massa yang dimulai pukul 09.30 tersebut. Massa baru menghentikan aksinya setelah petugas kepolisian dari Kalipuro dan Klatak datang. "Ini jalan terakhir untuk mendapatkan air. Kalau saluran ini tidak dijebol, swah kami kekeringan. Kami sudah berusaha menempuh jalan damai, tapi PDAM tidak merespon," teriak massa sembari mengayunkan godam besar menjebol tembok yang menutup pipa PDAM tersebut. Ada dua tempat yang dirusak massa. Pertama saluran pipa buang di dekat sumber air. Sedangkan yang kedua, tembok penutup pipa di sebelah timur. Selama aksi berlangsung, tidak ada petugas yang mencoba menghalangi. Malahan petugas dari kecamatan Kalipuro memilih membiarkan aksi brutal tersebut. Mereka sekadar memantau dari kejauhan. "Gara-gara pipa buang ditutup, sawah kami jadi kering. Debit air yang mengalir ke swah menurun," ujar salah seorang petani, Misran. Koordinator pendemo Agus menjelaskan, petani nekat merusak sumber air lantaran upaya penyelesaian dengan kekeluargaan buntut. Berkali-kali masalah ini disampaikan ke PDAM, jawabannya tidak jelas. Yang bikin marah petani, saluran buang tersebut malah ditutup dengan cor-coran. "Rapat berkali-kali dengan PDAM tidak ada hasilnya. Makanya jalan satu-satunya, saluran buang ini harus dijebol," tegas Agus dibenarkan ratusan petani. Aksi anarkis merusak sumber air kemarin diikuti ketua HIPPA, kelompok tani dan petani pemilik lahan di areal perswahan Klatak dan Kalipuro. Mereka datang ke lokasi diangkut tiga kendaraan bak terbuka dan belasan sepeda motor. Ratusan petani itu melengkapi diri dengan linggis, parang dan palu besar. Tiba di lokasi, massa langsung menjebol tembok dengan ketebalan 5cm. Bahkan seng penutup sumber air juga dirusak. Histerisnya, begitu pipa jebol, massa langsung berteriak. Mereka girang bukan main lantaran sumber air untuk pengairan sawah bisa mengalir lagi. "Jangan salahkan kami berbuat seperti ini. Kesabaran kami sudah hilang gara-gara tidak ada penyelesaian dari pemerintah," timpal petani lainnya. Sementara itu, aksi perusakan sumber air langsung terdengar polisi. Satu jam setelah pipa jebol, Kapolsek Kalipuro Iptu Ali Ashari dan Kapolsek Giri AKP I Nyoman Suparta datang bersama anggotanya. Kehadiran dua perwira polisi itu mampu meredam aksi massa. Setelah dirayu dan diberi penjelasan panjang lebar, koordinator massa akhirnya memerintahkan anggotanya menghentikan aksi brutal tersebut. Sepulangnya massa, polisi juga membawa barang bukti berupa seng penutup sumber air yang dirusak. "Sudahlah hentikan ini semua. Mari kita selesaikan dengan jalan musyawarah mufakat. Sekarang bapak-bapak silahkan pulang," pinta Kapolsek Ali Ashari. Pantauan koran ini jebolnya pipa air itu tidak berpengaruh terhadap aliran PDAM. Ternyata yang dirusak massa itu hanya sebatas pipa buang. Sednagkan pipa saluran air bersih yang terdistribusikan ke pelanggan masih utuh. "Dulunya pipa buang itu dibiarkan terbuka dan air mengalir lancar. Mungkin karena mengalami kebocoran, pipa tersebut ditutup oleh PDAM. Inilah yang memicu kemarahan warga," ujar beberapa warga di sekitar TKP. (aif) Post Date : 31 Mei 2005 |