Petani Keluhkan Sampah Plastik

Sumber:Suara Merdeka - 20 Juni 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
BANYUMAS- Petani di Desa Pegalongan, Patikraja, Banyumas, mengeluh karena sampah plastik banyak yang masuk lahan persawahan mereka. Sampah itu berasal dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Gunung Tugel, yang terbawa air masuk saluran irigasi hingga ke sawah.

Ulu-ulu (petugas pengatur air) Desa Pegalongan, Abu Sodik (41) menuturkan, kondisi itu terjadi sudah bertahun-tahun. Saat menggarap sawah, para petani setiap hari harus memungut sampah yang tersangkut di tanaman padi.

Sampah plastik itu mereka kumpulkan di tegalan, jika musim kemarau dibakar. Ketika musim hujan sampah itu basah, sehingga tak bisa dibakar. Petani akhirnya membuang kotoran itu ke Kali Glinggang, anak Sungai Serayu yang melintas dekat areal pertanian itu. ''Sekali buang bisa dua sampai tiga karun,'' katanya.

Pada musim hujan, tutur dia, jumlah plastik semakin banyak. Akibatnya, para petani harus bekerja keras membersihkan. Walau tak berdampak pada tanaman, limbah tersebut membuat lahan pertanian tampak kotor dan tidak enak dipandang. Jarak TPA ke areal sawah Desa Pegalongan lima-tujuh kilometer.

Selain dari TPA, dia menduga penyebabnya kebiasaan buruk masyarakat yang membuang sampah ke sungai atau saluran irigasi. Seperti di hulu saluran di Sungai Kranji dan bangunan pintu airnya di bawah jembatan Jalan Jenderal Soedirman.

Gatal

Selain sampah plastik, menurut Abu, air sawah menyebabkan penyakit gatal-gatal. ''Setahu saya, ketika saat masih remaja tidak seperti itu,'' ujarnya.

Diminta konfirmasi, Kepala Bidang Kebersihan dan Penyehatan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas Ir Lintrik Sujarwo mengatakan, beberapa bulan lalu TPA Gunung Tugel pernah longsor.

Sampah lalu terbawa air sampai ke saluran irigasi dan berujung di sawah. Upaya pembersihan saluran sudah dilakukan, dengan padat karya yang melibatkan petani. ''Dananya Rp 5 juta, diserahkan ke petani lewat camat,'' ujarnya.

Untuk menghindari longsor lagi, tebing TPA dipasang pengaman dari bambu. Pihaknya memilih bambu, dengan harapan bisa tumbuh. Kalau tumbuh, bambu itu akan menjadi pengaman tebing yang kuat dan permanen.

Upaya lain memindahkan sebagian sampah ke tempat yang masih kosong, sehingga diharapkan tak ada lagi sampah longsor masuk kali atau saluran irigasi. ''Kalau sekarang masih ada plastik masuk sawah, kemungkinan sisa-sisa longsoran yang dulu.''

Camat Patikraja Untung Sugiyanto menuturkan, dana padat karya diserahkan kepada tokoh petani. Kegiatan padat karya sudah dilaksanakan beberapa bulan lalu. ''Petani setempat biasa kerja bakti membersihkan saluran.'' (bd-55s)

Post Date : 20 Juni 2006