|
Supriyanto (40) bersama dua orang temannya sedang berusaha mengangkat batu seukuran kardus televisi 21 inci dari dasar sumur berkedalaman tiga meter yang sedang digali. Material batuan seperti itu akan terus dijumpai hingga menyentuh muka air tanah pada kedalaman sekitar delapan meter. Di daerah endapan material vulkanik itu, air tanah bisanya bercampur pasir dan cepat merusak pompa. Bagi penggali sumur seperti Supriyanto, di Dusun Jumeneng, Sumberadi, Mlati, Sleman, DI Yogyakarta, pengetahuan geologi dan pengaruhnya pada potensi air tanah perlu untuk menentukan seberapa dalam sumur harus digali dan perlakuan yang tepat pada pompa air. Kondisi geologi dan air tanah di DI Yogyakarta telah "dipetakan" oleh Supriyanto dengan baik. Gurunya, pengalaman selama 15 tahun menjadi penggali sumur bor dan pompa di berbagai desa. Daerah Yogyakarta yang topografinya bervariasi dari lereng Gunung Merapi di sisi utara, kemudian ke selatan ada dataran rendah, dan berakhir di daerah pesisir selatan. Di sisi tenggara Kota Yogyakarta terdapat pegunungan batu gamping yang potensi air tanahnya besar tetapi tersembunyi di lorong-lorong sungai bawah tanah. Setiap daerah memiliki potensi air tanah yang berbeda-beda. Artinya, air tanah tersimpan dalam lapisan yang bervariasi pula. Membuat sumur tidak asal menggali dalam, kalau terlalu dalam justru bisa menembus lapisan air yang bercampur lumpur maupun kadar Fe (unsur besi)-nya tinggi. "Di Yogya ini kalau sumur terlalu dalam, kadar Fe-nya makin tinggi. Air akan berwarna kuning dan berbau seperti karat. Lapisan tanah yang mengandung Fe ini kedalamannya bervariasi dan itu yangharus diketahui sebelum menggali sumur," jelas Madiyono, pakar gali sumur di Kampung Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Selasa (3/10). Idealnya, lanjut Madiyono, kedalaman sumur di Demangan sekitar 16 meter di daerah Monjali 9 meter dan di Pakuningratan berkisar antara 16-18 meter. Bila kedalaman sumur melebihi batas ideal itu, yang diperoleh bukan air bersih tetapi air bercampur Fe kadar tinggi. "Pengetahuan ini penting bila ada konsumen yang ingin mendalamkan sumur. Bila kedalaman sumur sudah maksimal dan tetap didalamkan, air memang bertambah banyak tetapi kualitasnya rendah," kata Madiyono yang berasal dari Blawong. Air berkadar Fe tinggi ini sebenarnya bisa dijernihkan menggunakan tangki penyaring. Air di pompa ke tangki penyaring kemudian dialirkan ke tangki kedua baru bisa dimanfaatkan. Tangki penyaring berisi kerikil, pasir, ijuk dan arang yang akan menyaring unsur Fe. Kadar Fe yang tinggi maupun kandungan pasir di dalam air juga cepat merusak mesin pompa. Fe akan merusak klep pompa cepat jebol dan penyempitan saluran air akibat kerak besi. Sedangkan pasir menyebabkan baling-baling penghisap air cepat aus. Pada pompa jet, pasir akan menyumbat mata jet di ujung pipa penyedot air. Untuk mengantisipasi masalah itu, ujung pipa penyedot air harus berada 30-60 centimeter di atas dasar sumur. Bila terlalu dekat dengan dasar sumur, material pasir akan tersedot dan merusak pompa. Faktor kemarau Dalam keadaan musim kemarau seperti ini, kemacetan pompa air bisa macam-macam sebabnya, kata Fandi penggali sumur dari Imogiri, Bantul. "Kalau pompa air macet sekarang ini sudah umum. Kenapa, karena volume air rata-rata turun, sehingga ketika pompa dihidupkan dalam seperempat jam, volume air di bawah tanah akan habis teangkat. Lalu aliran air tidak deras karena yang disedot memang sedikit. Tapi kalau sudah seprempat atau setengah jam lagi, air akan naik lagi karena mata air bawah tanah sudah mengumpulkan air di tempat pompa menyedot tadi," kata Fandi. Menurut Fandi, pemilik pompa air tanah sebaiknya tidak panik, tetapi juga siap menghadapi kondisi kemarau ini dengan memanggil tukang pompa/tukan gali sumur. "Bukan karena saya mau menawakan jasa penggali sumur lho," kata Fandi sambil tertawa. Pemuda desa berusia 23 tahun itu, tidak merasa pekerjaan sebagai penggali sumur, penyuntik sumur, atau pereparasi pompa listrik itu sebagai pekerjaan rendahan. Ia datang dengan sepeda motor Honda GL Pro, meski tidak baru. Ia memakai jaket hitam, , pantalon halus, dan bersepatu kulit pula. Tapi begitu sampai di tempat orang yang mengundangnya, tas peralatannya diletakkan di tanah, dan segera ia mencopot seluruh bajunya, kecuali celana pendek. Fandi segera menggelar gulungan tali plastik berukuran besar, dan dengan tali itu ia naik turun sumur mencek kondisi pompa, kedalaman cadangan air di dasar sumur, maupun aliran listrik. Berbagai hal diceknya untuk menentukan penentu kemacetan air dari rumah para pelanggannya itu. "Pompa air di Yogya itu kebanyakan rusak pada bagian filternya, karena Yogya itu kan rata-rata tanahnya berpasir. Kalau air sat (kering), biasanya butiran pasir akan merusak filter pompa, lalu pompa macet, karena tidak bis amenyedit air naik ke atas," kata Fandi. Mengetahui seluk beluk kondisi geologi, dan potensi airnya melalui bahasa awam para penggali sumur itu menjadi jauh lebih penting dibandingkan kemampuan menggali tanah. Pengetahuan inilah yang menjadi keunggulan masing-masing penjual jasa gali sumur. Semakin lihai pengetahuan lapisan geologi sutau daerah, penggali sumur akan kebanjiran order. Selain menggantungkan diri pada pesanan perorangan, para penggali sumur sering bekerja sama dengan toko besi dan bahan bangunan. Bila ada pembeli pompa air atau orang yang sedang membangun rumah, pihak toko bangunan selalu menggunakan jasa penggali sumur rekanananya. Demikian juga sebaliknya, bila ada pesanan memasang pompa air, penggali sumur mengambil barang ke toko bangunan rekanannya. "Dengan kerja sama seperti ini, orderan bisa lebih stabil dan ini yang sekarang menjadi andalan. Melayani pesanan dari toko bangunan saja sudah repot mas," ujar Madiyono. Karena pengalaman mereka melayani rumah-rumah yang mengalami krisis air, dan sisi lain juga keluar-masuk toko membelikan sendiri pompa air bagi konsumen mereka, Mardiyono dan Fandi tahu persis merek pompa air mana yang paling yahud. Poma jenis jetpump buatan Jepang atau Perancis misalnya memang besar volume tarikan, dan daya tarikannya, tapi dalam kondisi air tanah surut di mana-mana, pompa dengan daya sedot besar itu malahan tidak efektif untuk mengumpulkan air. "Lha baru lima menit diseot habis kok Pak, lalu macet pompanya. Lha buat apa. mending yang kapasitasnya kecil, sehingga bisa ajeg aliran airnya," kata rekan Narto, rekan Fandi. "Sudahlah, kalau beli pompa air di toko itu saja, karena toko-toko lain, ambilnya dari dia. Dan pemilik toko itu memang dikenal langgananya para penggali sumur Yogya. Dua pompa ini kelihatannya sama kan, dan pembeli biasanya tidak tahu yang mana yang baik. yang baik yang seri 125, bukan 130," kata Fandi menunjukkan dua buah pompa dengan merek yang sama, tapi kualitasnya berbeda. Fandi lalu menyebut sebuah toko yang tidak bakal menipu pembeli, karena yang jual tahu betul pompa air yang baik yang mana. "Jangan saya yang beli. Penjenengan (Anda) sendiri yang beli, supaya membuktikan omongan saya," kata Fandi menyebut sebuah toko besi bagus, di sekitar Kebon Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Pada musim kemarau seperti ini, tukang jasa gali atau suntik sumur bertambah laris karena dibutuhkan warga yang sumurbya kering. Jasa si tukang suntik sumur diperlukan untuk memperdalam sumur gali, agar air tetap bisa ke luar. Tidak sampai sehari pengerjaan suntik, maka air bersih sudah bisa diperoleh lagi. Mashan (35), seorang tukang suntik sumur asal Blawong, Bantul, menjelaskan cara praktis menyuntik sumur. Menurut dia, menyuntik sumur sebenarnya juga bukan tergolong pekerjaan yang butuh waktu lama. Dijelaskan, pekerjaan suntik sumur ini hanya membutuhkan sebuah alat bor tanah dan pipa besi. "Bor digunakan untuk memperdalam sumur sesuai ukuran. Perlu dicatat saat mengebor tanah dalam sumur, air harus tersedia agar tidak merusak alat. Setelah dibor, pipa besi sepanjang empat meter dipasang. Pipa besi ini gunanya untuk melindungi pipa utama yang akan menyedot air ke tandon atas. Setelah air keluar, bisa langsung digunakan," ujarnya. Yanto (28), warga Maguwoharjo, Sleman menuturkan dia baru saja memperdalam sumur gali dirumahnya dengan metode suntik. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menyuntik sumur itu pun tergolong tidak murah, yakni mencapai Rp 450.000 untuk suntikan satu pipa atau sedalam empat meter. Setelah diperdalam dengan metode suntik, Yanto mengaku tidak ada keluhan lagi soal air. Hal itu ditambah dengan jaminan dari si tukang suntik bahwa sumurnya dipastikan tidak akan mengalami kekurangan air lagi selama sekitar empat tahun mendatang. Garansi seperti ini selalu diberikan oleh tukang gali sumur sekaligus promosi usaha. Promosi seperti itu, mungkin karena mereka cukup kenal dengan "peta" karakter tanah di seantero DI Yogyakarta. Namun, para ibu rumah tangga yang biasanya berteriak pertama kalau aliran air berhenti atau rewel , dan pemilik rumah, sebaiknya tetap berhati-hati dengan janji dan promosi berlebihan. Sebab, tidak jarang para penggali sumur ini juga jahil, dan nakal, mengatakan sudah menyuntik atau memperdalam sumur tiga meter, padahal yang mereka kerjakan cuma setengah meter. Yang sering mereka lakukan dan ini mengecewakan konsumen, ialah menutupi pralon yang langsung di tanam ke cadangan air di dasar tanah, dengan pralon berdiameter besar seakan-akan pengeborannya telah menghasilkan cadangan air melimpah. Sebagian besar sumur gali di Yogyakarta sudah di suntik atau dibor lagi dengan kedalaman bervariasi dari 3-6 meter. Jasa pengeboran manual paling banyak digunakan oleh konsumen karena lebih murah. Untuk kebutuhan rumah tangga, pengeboran manual sudah mencukupi kebutuhan. "Saya pernah membuatkan sumur dengan bor manual di sebuah rumah di kawasan Baciro. Rumah mewah itu sebenarnya sudah punya sumur bor yang kedalamannya hingga 80 meter tetapi airnya tidak bagus. Justru sumur saya yang hanya kedalaman enam meter di tambah bor empat meter kualitas airnya bagus," kata Madiyono. Tren pengeboran sumur, tidak lepas dari makin sempitnya daerah tangkapan air di Yogyakarta. Air tanah di Yogyakarta dipasok dari lereng selatan Gunung Merapi. Daerah yang sejuk dan nyaman itu kini banyak dikonversi menjadi perumahan. Sayangnya, perlakuan konservasi air tanah belum mengikuti perkembangan kawasan. Berdasar pengamatan Madiyono yang sudah menjadi penggali sumur sejak tahun 1970, ketebalan lapisan jernih" istilah Madiyono untuk menyebut akifer atau penampang penyimpan air tanah, terus menipis. Bagi para penggali sumur degradasi lingkungan ini makin menyulitkan untuk mencari air tanah. Dicontohkan, daerah Papringan di tepi Kali Gajah Wong ketebalan akifernya hanya sekitar dua meter pada kedalaman 13 meter. Semakin menjauh ke arah barat dari alur sungai, lapisan akifer semakin tebal. Posisi akifer dan ketebalannya menjadi kunci kesuksesan para penggali sumur. Resep jitu Madiyono untuk menemukan air itu menjadi rahasianya. Kalau ditanya bagaimana cara menemukan lokasi sumur yang pas ia akan selalu mengatakan, Kalau saya hanya pakai insting saja kok Mas." Berbeda dengan Supriyanto yang menggunakan metode tradisional. Ia biasanya menyurvei pekaranagan yang akan digali airnya. Setelah menemukan posisi yang ideal ia memastikannya dengan memasang daun di beberapa lokasi yang dicurigai ada urat air di bawahnya. Pagi harinya kita lihat, daun mana yang embunnya paling banyak. Bila embunnya banyak maka di bawah tanah ada air yang banyak. Cara ini cukup ampuh bagi saya," kata Supriyanto yang sudah menggali sumur sejak usia 10 tahun. Ada risiko besar lainnya yang dihadapi oleh penggali sumur, yaitu kecelakaan fatal akibat gas dalam sumur dan dinding sumur ambrol. Pada era 70-an, bila ada gas mematikan di dalam sumur, para penggali memilih angkat tangan. Cara itu kini diganti dengan blower untuk mendorong gas ke luar sumur. Risiko dinding sumur runtuh juga sempat menjadi momok, sebelum ditemukan beton bis yang lebih kuat. (HRD) Agung Setyahadi dan Boni Dwi Pramudyanto Post Date : 04 Oktober 2006 |