JAKARTA, KOMPAS.com — Pembangkit listrik merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, baik untuk keperluan rumah tangga, perkantoran, penerangan kota, maupun untuk industri. Hal itu karena 88 persen pembangkit listrik di dunia masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi.
"Kalau sektor transportasi menyumbang 24 persen emisi gas rumah kaca, maka sektor listrik menyumbang 66 persen dari total emisi di dunia," ucap Ketua Panitia Green Festival 2009 Nugroho F Yudho, saat pembukaan acara Green Festival 2009 di Parkir Timur Senayan, Sabtu (5/12).
Acara itu diselenggarakan oleh Green Intiative Forum (GIF), terdiri dari tujuh pihak yang peduli terhadap isu pemanasan global. Mereka adalah harian Kompas, Metro TV, Female Radio, PT Unilever Indonesia, Pertamina, Panasonic, dan Sinar Mas.
Untuk itu, kata Nugroho, GIF mengajak masyarakat berkontribusi menekan pemanasan global dalam kehidupan sehari-hari. "Kalau saja seluruh warga Jakarta mengganti lampu pijar dengan lampu CFL, kita bisa menghemat jutaan metrik ton batu bara untuk membangkitkan listrik. Kalau saja tidak membiarkan segala peralatan elektronik dalam posisi standby, bisa menghemat jutaan rupiah dalam setahun," ucapnya.
"Kalau saja kita bisa menghemat air ketika mandi, mencuci, bahkan menggosok gigi, kita bisa menyelamatkan bumi dari krisis air. Kalau saja kita mau berbagi kendaraan (memberi tumpangan), atau sesekali bersepeda, kita ikut menekan emisi gas rumah kaca," tambah Nugroho. SAN
Post Date : 05 Desember 2009
|