Persoalan Air Bersih Kalah Gaung dari Tol

Sumber:Media Indonesia - 09 Juli 2010
Kategori:Air Minum

PERSOALAN infrastruktur air dan sanitasi ternyata be lum menjadi isu seksi di Indonesia. Kendati an caman krisis air bersih ada di depan mata, ternyata isu-isu terkait persoalan air dan sani tasi masih kalah gaungnya apabila dibandingkan dengan isu infrastruktur lainnya, semisal jalan tol.

Itulah yang disampaikan Manajer Air dan Sanitasi PT Lippo Karawaci Tbk Cornelia Retno dalam diskusi Konservasi Air dalam Konsep Kota Berkelanjutan di Tangerang, kemarin. “Air dan sanitasi belum jadi isu yang seksi dibandingkan dengan isuisu infrastruktur lain. Perso al an ini masih belum menjadi isu nasional dan masih kalah dengan hiruk-pikuk isu politik kita," ujarnya.

Hal itu, menurutnya, terlihat dari beberapa kebijakan peme irintah terkait dengan persoalan m sanitasi yang tidak berjalan. di Contohnya, pemberian subsidi ti kepada pengembang menengah a ke bawah dalam membangun u infrastruktur air dan sanitasi.

Padahal, Retno menilai jika persoalan air dan sanitasi tidak mendapat perhatian khusus, krisis air bersih pada beberapa tahun ke depan bisa menjadi a ancaman.

Karena itulah, ia melanjutkan, dukungan pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan. Apakah itu melalui edukasi, pendamir pingan, maupun kebijakan.

Pemerintah, dalam pandangu annya, juga perlu mendorong pengembang agar tidak menga gunakan konsep hunian hijau n sebagai riasan maupun strategi pemasaran saja. Persoalan lingkungan, tegasnya, seharusnya ditanggapi serius.

Sustainable city Ia melanjutkan, dalam pembangunan sebuah kawasan, persoalan air dan sanitasi memegang peranan yang penting. Menurutnya, pola sanitasi yang baik dalam sebuah kawasan hunian maupun terpadu tidak hanya bisa memperbaiki kesehatan lingkungan, tapi juga meningkatkan nilai properti.

Ia lalu mencontohkan kota mandiri Lippo Village sebagai kawasan terpadu. Sejak awal perencanaan pembangunannya pada 1993, kawasan itu memiliki konsep konservasi air yang memiliki sejumlah fungsi, di antaranya sebagai langkah penghematan air dan pengendalian banjir di musim hujan.

Konservasi air dilakukan dengan tiga cara. Pertama melalui instalasi pengolahan air bersih yang disuplai perusahaan daerah air minum. Air curah itu diolah Lippo supaya bisa digunakan untuk konsumsi sehari-hari.

Kedua, melalui instalasi pengolahan air limbah domestik dari kegiatan rumah tangga dan komersial. Ketiga, dengan pembuatan danau resapan air hujan berkapasitas 440 ribu meter kubik.

Hasilnya, bukan hanya kawasan tersebut selalu bebas banjir pada musim penghujan, tapi sekitar 20% air daur ulang itu bisa dimanfaatkan untuk irigasi penghijauan kawasan.

Dengan konsep itu, ia menjamin penghuni kawasan itu tidak akan pernah kehabisan suplai air bersih. "Ini yang dinamakan sustainable city atau kota berkelanjutan," tuturnya.

Retno mengakui investasi untuk konsep sanitasi seperti itu memiliki nilai akumulatif yang cukup tinggi. Namun, setelah lebih dari 10 tahun kawasan tersebut berdiri, nilai investasi sudah kembali bahkan pos itu sudah bisa membiayai dirinya sendiri. Christina Sihite



Post Date : 09 Juli 2010