|
GANTUNG Sejumlah tempat tinggal para transmigran di kawasan transmigrasi Danau Meranteh Desa Selingsing Kecamatan Gantung blok B dan D terendam air. Akibatnya lahan pekarangan tempat tinggal mereka tidak dapat lagi untuk bercocok tanam karena tertimbun oleh pasir yang terbawa air saat merendam permukiman warga.Tingginya curah hujan yang terjadi beberapa hari lalu menyebabkan naiknya permukaan air danau. Sementara tanggul penahan air yang juga digunakan sebagai jalan untuk menghubungi beberapa blok tempat tinggal para transmigran, Jumat (16/6) sore ambruk. Air yang berasal dari danau tumpah dan mengalir hingga memenuhi saluran air di depan permukiman transmigran di blok B. Tingginya genangan air disekitar tempat tinggal warga mencapai selutut orang dewasa. Bekas dari genangan air tersebut menyisakan tumpukan pasir yang menutupi lahan pekarangan tempat tinggal para transmigran yang mereka gunakan untuk bercocok tanam. Seorang warga transmigran yang menempati tempat tinggal di blok B, Randi mengatakan, naiknya permukaan air di sepanjang saluran air yang berada di depan tempat tinggalnya tersebut mulai terjadi pada hari Jumat (16/6). Menjelang sore hingga malam hari permukaan air terus naik hingga menggenangi halaman dan tempat tinggal mereka. Kemungkinan tanggul pasir tersebut tidak kuat menahan luapan air di danau hingga jebol. Air dari danau masuk ke saluran air yang ada di depan rumah kami ini, dan langsung menguap ke pekarangan rumah hingga masuk ke dalam rumah, ungkap Randi saat ditemui Grup Bangka Pos, Minggu (18/6). Menjelang malam sejumlah warga yang tempat tinggalnya tergenang air terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pada hari Sabtu (19/6) pagi keadaan air mulai surut, dan sejumlah warga yang mengungsi kembali tempat tinggal mereka masing-masing. Sementara itu, tanaman sayur-sayuran dan tanaman lainnya yang tumbuh di lahan pekarangan tempat tinggal warga rusak dan sejumlah lahan pekarangan tempat tinggal mereka tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Habis semua tanaman sayur maupun tanaman lainnya yang ditanam di dilahan pekarangan tempat tinggal kami ini, karena tertimbun oleh pasir, tutur Randi didampingi tentangganya Apriadi yang tinggal di Blok B. Randi mengungkapkan, warga transmigran yang tinggal di blok B dan sekitarnya dirundung rasa khawatir apabila sedang turun hujan, karena takut permukaan air akan naik lagi. Saluran air yang ada di depan rumah kami ini sudah tidak ada lagi, karena sudah rata dengan pekarangan rumah akibat tertimbun oleh pasir. Makanya kalau turun hujan lebat, warga khawatir kalau permukaan air akan naik dan menggenangi tempat tinggalnya, ungkap Randi. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Beltim Drs Kesumajaya D mengatakan, pihaknya berupaya menanggulangi warga yang tempat tinggalnya terkena luapan air, akibat ambruknya tanggul penahan air tersebut. Setelah mendapat informasi masalah ini, kami bersama dinas instansi terkait dibantu sat pol PP langsung ke lokasi pada hari Jumat (15/6) untuk membatu warga. Hingga menjelang subuh kami terus membantu mengungsikan warga yang tempat tinggalnya terendam air. Pada Sabtu (16/5) pagi, kami mencoba untuk menutupi tanggul yang jebol dengan menggunakan karung berisi pasir, ungkap Kesumajaya kepada, Senin (19/6). Ia mengatakan, direncanakan dinas pekerjaan umum akan segera menurunkan alat berat guna memperbaiki tanggul yang ambruk tersebut dan menggali kembali saluran air yang tertimbun oleh pasir, supaya aliran air kembali lancar dan tindak menggenangi tempat tinggal warga. Kesumajaya menambahkan, ambruknya tanggul penahan air tersebut diperkirakan karena tanggul yang sudah ada tidak mampu menahan volume air di sekitar danau akibat dari tingginya curah hujan yang terjadi beberapa hari sebelumnya. (bev) Post Date : 21 Juni 2006 |