|
SOLO - Jumlah sampah yang setiap harinya bertambah, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Solo terus memutar otak. Setelah tidak berhasil melakukan perluasan lahan, pemkot pun menggandeng pihak ketiga dari Kanada, untuk mengolah sampah-sampah tersebut. Namun jika langkah ini tidak juga membuahkan hasil, alternatif mengajak pemerintah kabupaten (pemkab) di sekitar Solo untuk mengatasinya menjadi solusi terakhir. Menurut Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Solo Triyanto, upaya menggandeng investor dilakukan usai pemkot merasa tidak mampu lagi menampung dan mengolah sampah. Setiap hari, sampah yang harus diolah mencapai 265 ton. "Karena pada akhirnya kami hanya bisa mengolah 10 persen saja dari sampah-sampah itu untuk pupuk kompos dan pakan ternak. Jadi, solusinya kami cari investor yang dapat maksimal mengolah dan mengatasi sampah tersebut," terangnya, usai pemaparan program pengembangan sanitasi Joint Mid Term Reviev (JMTR) Bappenas, Bank Dunia, Water and Sanitation Project, Kedutaan Besar Belanda dan Pemerintah Swedia-SIDA di Solo, kemarin. Selain keterbatasan kemampuan mengolah, upaya perluasan lahan pun tidak dapat dilaksanakan. Triyanto mengemukakan, dana pembebasan lahan di sekitar TPA Putri Cempo yang cukup banyak membuat pemkot urung menambah lahan TPA. "Rencana perluasan itu memasuki wilayah Pemkab Karanganyar. Setelah kami hitung-hitung, biaya pembebasan tanah cukup besar. Akhirnya, kami cari investor saja yang tertarik untuk menggarap sampah ini," imbuhnya. Langkah cepat mencari investor ini dilakukan, mengingat kapasitas TPA Putri Cempo yang semakin turun. Jika tidak segera diatasi, diperkirakan dalam 3 tahun mendatang Putri Cempo tidak dapat lagi menampung sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat Solo. "Maksimal hanya mampu (menampung sampah) sampai tiga tahun mendatang. Setelah itu, kami tidak punya tempat lagi," jelasnya. Triyanto menjelaskan, saat ini pihak investor yang bekerjasama dengan PT Narpati Jawa Tengah, sedang melakukan kajian kelayakan (feasibility study). Jika dicapai kata sepakat, pihak investor akan memulai membangun pabrik pengelolaan sampah akhir 2007. Lalu, mereka akan mulai mengelola sampah organik dan anorganik mencadi kompos cair 2008 mendatang. Namun, jika upaya menggandeng investor ini ternyata gagal, Triyanto mengungkapkan alternatif terakhir. Senjata pamungkas itu adalah membuat TPA regional dengan Pemkab Karanganyar, Boyolali, dan Sukoharjo.(mg9) Post Date : 17 April 2007 |