|
TRENGGALEK- Kerja keras mengelola sampah secara maksimal selama tiga tahun, berbuah hasil manis. Kota Trenggalek dianugerahi Adipura oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara. Selain kebersihan kota, hasil pengolahaan sampah juga dinikmati oleh petani. Karena, sampah diubah menjadi pupuk kompos. Meski untuk sementara ini jumlahnya masih terbatas. Produksi kompos dari pabrik pengolahan tempat pembuangan air (TPA) yang berlokasi di Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek, hanya berkisar satu ton setiap bulannya. "Sangat terbatas. Masih akan kita kembangkan lagi," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan, dan Energi (Lingtamben) Ulang Pranowo. Dijelaskan Ulang, program pengolahan sampah dimulai sekitar tiga tahun lalu. Pada awal 2006, dimulai dengan pembangunan gedung. Setelah itu baru dilanjutkan pengadaan alat produksi kompos. Pemerintah daerah juga membangun gedung pencatat truk sampah otomatis di dalam komplek TPA. Selain pertimbangan pengolahan sampah, juga untuk mengetahui jumlah sampah yang dalam sehari. "Kita juga membangun pagar keliling TPA," papar Ulang ditemui di kantornya kemarin. Dinas Lingtamben juga memperluas areal TPA. Itu dilakukan untuk mempermudah proses pengolahaan sampah sakaligus memenuhi standar luar TPA yang ditentukan pemerintah. Sebab, lahan TPA saat ini hanya tiga hektare dari enam hektare yang ditentukan. "Sekarang mulai kita upayakan. Proses negosiasi dengan Perhutani. Karena sebagian lahan milik Perhutani," ungkap pejabat yang juga seorang ulama itu. Sebagai penunjang dari program tersebut, saat ini Pemkab Trenggalek memiliki 5 unit dam truk, 2 unit amrol, dua motor kebersihan sekaligus penataan taman, serta dua unit pikap. Tidak hanya itu, 105 karyawan difungsikan untuk mengurusi masalah kebersihan sekaligus pertamanan di Kabupaten Trenggalek. "Untuk fasilitas penunjang, sementara mencukupi. Tidak ada masalah," jelas Ulang. Sesuai kriteria penilaian anugerah Adipura, selain pengolahan sampah oleh pemerintah melalui TPA, pengelolaan fasilitas umum juga menjadi salah satu kredit poin. Begitu pula hutan kota maupun taman kota dan lingkungan perairan. Ditambahkan Ulang, pihaknya secara berkesinambungan menata kota. Itu dilakukan dengan cara menanam pohon di sepanjang jalan, pengecatan trotoar ataupun monumen sebagai simbol daerah bersangkutan. "Itu juga sudah kita realisasikan. Alun-alun misalnya. Sudah mulai kita tata. Tapi, kalau fisik sementara belum. Butuh biaya tidak sedikit," imbuhnya. (kar) Post Date : 07 Juni 2008 |