|
[SOLO] Pemerintah perlu membuka seluas-luasnya akses bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi lingkungan yang sehat. Sejauh ini, akses masyarakat miskin masih sangat terbatas dan umumnya harus membayar lebih mahal untuk memperoleh air bersih. Koordinator Program Jasa Lingkungan/Environmental Services Program (ESP) Jateng/DIY, Nanang Budiyanto, dalam lokakarya media bertajuk Advokasi Media pada Isu Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan, di Solo, Jumat (12/12) mengungkapkan, pelayanan perusahaan daerah air minum (PDAM) umumnya sangat terbatas, dan hanya menjangkau sebagian masyarakat. Akibatnya, masyarakat miskin tak dapat menikmati layanan air bersih. Kalaupun bisa, harus membayar jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan berlangganan. "Di perkotaan, warga miskin harus antre mendapatkan air bersih di hidran umum, dan harus membayar untuk setiap ember yang dibawa. Jumlah itu jika dihitung dalam sebulan jauh lebih mahal jika berlangganan PDAM," katanya. Staf Ahli ESP Bidang Air dan Sanitasi, Jefry Budiman menambahkan, akses mendapatkan air bersih bagi warga miskin juga kian dipersulit dengan mahalnya biaya penyambungan baru. Untuk solusinya, ESP bekerja sama dengan PDAM Tirta Dharma Solo mengembangkan program sambungan komunal. Dikembangkan Program yang dimulai pertengahan tahun ini dikembangkan di Kampung Gabudan, Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, sebagai proyek percontohan. Saat ini, 22 rumah di kampung itu dapat menikmati layanan air bersih PDAM dengan tarif murah. PDAM memberlakukan tarif murah bagi warga miskin, yakni tarif sosial khusus. Dengan tarif Rp 2.100 untuk pemakaian di atas 30 meter kubik (m3) ditambah biaya administrasi Rp 100/m3 sehingga menjadi Rp 2.200/m3, setiap keluarga di kampung itu rata-rata hanya mengeluarkan uang antara Rp 8.000 hingga Rp 15.000/bulan untuk membayar layanan air bersih. "Dalam program ini, PDAM hanya memeriksa besarnya pemakaian air di meter induk dengan satu nomor rekening, sedangkan biaya pemakaian air dibayar warga melalui pengelola yang telah dibentuk," katanya. Direktur Utama PDAM Tirta Dharma Solo, Singgih Triwibowo mengatakan, saat ini jumlah pelanggan PDAM Solo 54.000. Dengan difasilitasi ESP, pemasang baru dari warga miskin bertambah. Hal itu terkait adanya program kredit mikro bagi warga miskin untuk biaya penyambungan baru. Bekerja sama dengan BRI, warga miskin dapat menjadi pelanggan dengan angsuran tanpa bunga. Biaya penyambungan baru Rp 1.225.000 dibayar tunai BRI kepada PDAM, dan warga mencicilnya ke BRI dengan angsuran Rp 60.000/bulan. Dengan program itu, rata-rata pelanggan baru, tercatat 1.100/bulan, dengan 300 di antaranya dari warga miskin. Menurut Jefry, program Master Meter dan Kredit Mikro ini dikembangkan ESP di sejumlah daerah. Pionirnya di Sunggal, Sumatera Utara. Program itu bahkan didukung Pemda setempat dengan menanggung biaya pasang baru 300 keluarga nelayan di Belawan. [142] Post Date : 13 Desember 2008 |