|
Jakarta, Kompas - Kekeringan yang melanda sejumlah waduk di daerah dapat diatasi dengan pembangunan dam-dam kecil pada anak sungai di bagian hulu sungai utama. Manajemen air juga harus ditata secara komprehensif sehingga melimpahnya air pada musim hujan dapat dimanfaatkan sepanjang tahun. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang juga peneliti utama bidang hidrologi dan konservasi tanah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, di Jakarta, Sabtu (15/9), mengatakan, perlu lebih banyak waduk untuk menampung limpahan air saat musim hujan datang. ”Jika menunggu pulihnya kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dan tertutupinya 30 persen area hutan di hulu, butuh waktu sangat lama,” katanya. ”Terlebih lagi, upaya pengelolaan DAS terpadu sejak 1969 di Indonesia tidak efektif.” Kondisi ini membuat krisis air terus terjadi di musim kemarau. Sebaliknya, pada musim hujan terjadi bencana banjir. Padahal, jika air hujan bisa disimpan dan ditahan agar tidak terbuang ke laut, krisis air tak perlu terjadi. Sejak 1995, demikian Sutopo, Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara sudah kekurangan air. Defisit air di Jawa pada 2015 diperkirakan mencapai 134,1 miliar meter kubik per tahun. Adapun pasokan air tetap 30,5 miliar meter kubik. Sutopo menilai, dam kecil jauh lebih efektif daripada dam besar yang sulit dibangun. Dam kecil tak perlu merelokasi warga karena hanya perlu lahan dengan lebar 10 meter, dalam 10 meter, dan panjang 300-500 meter. Selain itu, upaya konservasi air dapat dilakukan dengan membangun embung dengan memanfaatkan kontur tanah yang membentuk lubang. Air embung dapat digunakan untuk pertanian. ”Pembangunan bak-bak besar untuk penampungan air, baik di atas maupun di bawah tanah, bisa dilakukan,” katanya. Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Zulfahmi, mengatakan, pembangunan waduk hanyalah solusi sementara untuk mengatasi kekeringan. Solusi utama dan jangka panjang adalah menjaga wilayah hijau yang tersisa dan mengembalikan kawasan hijau yang sudah beralih fungsi sehingga area hijau mencapai jumlah ideal. Pantauan Kementerian Pekerjaan Umum hingga akhir Agustus menunjukkan, dari 71 waduk besar di Indonesia, 10 waduk di antaranya dalam kondisi kering, 42 waduk berstatus waspada karena turunnya volume air dari kondisi normal, dan hanya 19 waduk yang airnya normal. Zulfahmi menambahkan, pemerintah harus mengevaluasi total program reboisasi yang tidak efektif. Pemerintah dinilai hanya sibuk menanam, lupa merawat. (MZW) Post Date : 17 September 2012 |