Perekonomian Warga Lumpuh

Sumber:Kompas - 10 Desember 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, Kompas - Akibat air laut pasang di Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, hingga Minggu (9/12) pagi perekonomian warga tidak berjalan optimal. Dampaknya, omzet bisnis warung nasi, toko bangunan, dan bengkel motor yang dijalankan warga anjlok.

Menurut warga, jika air laut pasang ketinggian genangan air di lokasi pemukiman bisa mencapai 40 sentimeter hingga 1 meter. Menjelang sore hingga malam hari airnya surut semata kaki.

Paulus yang memiliki toko bangunan mengaku terus merugi. Sebelum banjir, omzet usahanya bisa mencapai Rp 5 juta per hari. Namun, akhir pekan lalu sejak tanggul jebol dan air masuk ke permukiman, pembelinya merosot sehingga omzetnya tinggal Rp 1 juta-Rp 2 juta per hari.

"Sekarang lebih parah lagi. Saya hanya mendapat kurang dari Rp 1 juta per hari," ungkap Paulus.

Pria yang tinggal di Joglo itu pun semakin menderita karena barang-barang dagangannya yang terbuat dari besi dan kuningan mulai berkarat. Pasir dan kerikil yang diletakkan di samping tokonya juga hanyut terbawa arus air.

Untuk melindungi tokonya dari banjir, dia membuat dinding setinggi lebih kurang 30 sentimeter, tepat di depan tokonya. "Dinding ini sudah tiga kali saya tinggikan sejak Oktober lalu," ujar Paulus.

Kerugian juga dialami Yati, warga yang membuka usaha warung makan. Sebelum banjir, omzetnya mencapai Rp 1 juta per hari. Namun, saat ini dia hanya mendapat Rp 600.000 per hari.

"Saya masih bisa bertahan karena mendapat pesanan katering untuk karyawan di pelabuhan. Katering yang selama ini melayani mereka tidak dapat masuk karena banjir," kata Yati.

Akses terputus

Banjir juga menyebabkan jalur distribusi ke Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Muara Baru, terputus. Makmur, pedagang ikan di kawasan tersebut, mengatakan, kini dirinya kesulitan mendapat pasokan ikan. Dengan demikian, dia pun tidak bisa memenuhi komitmen kepada pelanggan.

Akibat arus distribusi macet, penghasilan Makmur terus menurun. Jika tidak banjir, dia bisa memperoleh Rp 500.000 per hari, tetapi kini menjadi Rp 300.000 per hari.

Kekurangan bantuan

Akibat banjir, kini warga di Muara Baru kekurangan air bersih dan bahan makanan. Menurut warga, mereka belum mendapat bantuan dari pemerintah.

Tenda posko yang terletak di Jalan Muara Baru yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan bantuan kepada masyarakat masih kosong. Belum terlihat barang bantuan petugas di posko tersebut.

"Sudah beberapa minggu air pasang melanda, belum ada bantuan makanan dan obat-obatan. Air dari PAM (Perusahaan Air Minum) hanya sesekali mengalir, bantuan makanan juga tidak ada. Kalau air PAM mengalir, rasanya asin seperti campuran dari air tawar dan air laut," kata Sumiyati, warga RT 16 RW 17 Muara Baru.

Anak-anak juga mulai terjangkit penyakit diare, demam, dan gatal-gatal sejak laut pasang melanda daerah tersebut.

"Habis, bagaimana? Di sekitarnya air, dan namanya juga anak- anak, maunya main air terus," kata Aisah, warga lainnya.

Sementara itu, ada juga warga yang memandikan anaknya menggunakan air banjir. (a04/a08)



Post Date : 10 Desember 2007