|
JAKARTA (SINDO) – Perbaikan drainase (saluran air) yang dianggap menjadi penyebab utama banjir di Jakarta, lamban dan belum maksimal. Kasubdin Pemberdayaan Sumber Daya Air dan Pantai Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemprov DKI Jakarta I Gede Nyoman Soewandhi mengatakan,lambannya perbaikan drainase seluruh wilayah di Jakarta disebabkan alokasi anggaran tidak mencukupi. ”Yang jelas, kami tetap berusaha melakukan perbaikan dan perawatan terhadap seluruh drainase yang ada baik mikro, submakro dan makro,”kata I Gede Nyoman Soe-wandhi kemarin. Soewandhi mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu anggaran perbaikan yang diambil dari APBD 2008. Menurut Soewandhi, perbaikan drainase akan disesuaikan dengan anggaran. ”Kita kerjakan yang ada anggarannya saja, lagi pula APBD saja masih belum disetujui oleh Depdagri,” tandasnya. Terkait usulan DPRD untuk melakukan pinjaman guna mengatasi keterbatasan anggaran perbaikan drainase, Soewandhi mengaku masih menunggu putusan dari Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.”Kami sepenuhnya berada di bawah Pemprov, jadi menunggu putusan dari gubernur,” ujarnya. Jika anggaran sudah turun, kata dia, ada beberapa drainase yang nantinya menjadi prioritas untuk diperbaiki, di antaranya Waduk Sunter,Waduk Pluit termasuk Kali Sunter, dan Mookevart. ”Untuk drainase mikro perbaikan dilakukan suku dinas PU di masing-masing wilayah,”jelasnya. Kasi Drainase Sudin PU Tata Air Pemkot Jakarta Pusat Juaini Yusuf mengatakan, tidak maksimalnya fungsi drainase disebabkan banyaknya pembangunan drainase yang tidak selesai. ”Perbaikan drainase oleh mereka hanya 50% sehingga drainase tidak berfungsi dengan maksimal,” ujarnya. Berdasarkan data yang dimiliki, dari 36 lokasi perbaikan drainase pada 2007 lalu, ada dua pembangunan yang terhenti, yakni di Jalan Teuku Umar dan Jalan Diponegoro, tepatnya di sekitar Tugu Proklamasi.”Untuk itu, kami akan mengantisipasi kemungkinan keikutsertaan perusahaan nakal dalam tender nanti,”jelasnya. Menurut dia, pihaknya telah mengajukan anggaran sebesar Rp15 miliar untuk perbaikan 41 titik drainase yang ada di delapan kecamatan di Jakarta Pusat. Pasalnya,kondisi drainase di wilayah tersebut saat ini kondisinya sudah tidak baik. ”Selain sudah rusak berat, kondisinya juga sudah tidak sesuai dengan lingkungan,” tandasnya. Di samping perbaikan drainase, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta juga memfokuskan pembenahan pada pompa Istana Merdeka, pompa terowongan Dukuh Atas,pintu air Istiqlal,Karet, dan Manggarai yang berkaitan langsung dengan obyek vital yang tersebar di Ibu Kota. Diketahui, kesiapan sarana dan prasarana di Jakarta antara lain sebanyak 268 pompa dengan kapasitas 302,55 m3 per detik, waduk pengendali banjir di 21 lokasi seluas 198,26 ha, pintu air di 34 lokasi berjumlah 93 unit, situ dan waduk retensi di 23 lokasi seluas 121,4 ha. (sucipto) Post Date : 18 Maret 2008 |