|
BANJIR kembali melanda berbagai daerah dan kerugian harta benda akibat banjir sudah bermiliar rupiah. Kerugian materiil umumnya berupa kerusakan jalan, jembatan, dan fasilitas umum, selain kerusakan peralatan rumah tangga. Belum lagi korban jiwa maupun gangguan kesehatan pada mereka yang terpaksa mengungsi. KERUGIAN di atas umumnya disebabkan oleh tidak adanya persiapan menghadapi banjir, sehingga saat banjir datang masyarakat tidak mampu menyelamatkan harta benda bahkan jiwa keluarganya. Guna mengurangi kerugian akibat banjir dan secara darurat merenovasi sarana-prasarana publik pascabanjir, berikut ini disajikan beberapa teknik evakuasi dan renovasi darurat sederhana dan tepat guna yang dapat dipersiapkan oleh masyarakat maupun pemerintah dari sebelum banjir, saat terjadinya banjir, maupun untuk perbaikan pascabanjir. Pada gambar-gambar yang disajikan, bisa diikuti beberapa metode tepat guna untuk mengantisipasi kerugian material dan jiwa saat banjir. a. Konstruksi plafon. Digunakan untuk evakuasi/menaruh barang-barang penting (mesin, elektronik, dan lain-lain). Setiap rumah di daerah langganan banjir hendaknnya membuat konstruksi ini dengan cara memperkuat konstruksi pilar ruang tengah dan plafonnya. b. Pengikatan bambu (atau kayu), drum minyak bekas, batang pohon pisang. Dapat digunakan sebagai rakit evakuasi sederhana untuk mengangkut wanita, anak-anak, dan juga barang-barang penting. c. Karet ban bekas dan ember plastik berbagai ukuran. Alat evakuasi sederhana baik untuk pengangkutan maupun alat bantu renang yang dapat dipersiapkan sebelum banjir dan dipakai saat banjir. d. Tali dengan berbagai ukuran. Sangat diperlukan dalam kondisi banjir, misal sebagai pengaman sewaktu berjalan keluar dari lokasi banjir, mengikat barang-barang berharga (misal persediaan kayu untuk bangunan) agar tidak hanyut, mengevakuasi ternak, menambatkan diri di atas pohon, dan seterusnya. Lalu bagaimana penanganan pascabanjirnya? Pada gambar selanjutnya disajikan pula cara-cara sederhana yang bisa dilakukan masyarakat bersama pemerintah. a. Jembatan sederhana dari bambu. Sangat diperlukan untuk menghubungkan daerah- daerah yang terputus, sambil menunggu dana perbaikan. Jembatan bambu bisa digunakan sampai bentang 30 meter. b. Perbaikan jalan dengan konstruksi sederhana. Jalan- jalan setelah banjir biasanya rusak berat. Konstruksi jalan sederhana dapat diterapkan dengan memanfaatkan material lokal berupa batu-batuan dan pasir yang ada. c. Pembuatan alat penyaring air bersih. Setelah banjir biasanya masyarakat kesulitan air bersih karena seluruh sumber air yang ada, termasuk sumur, akan mengandung lumpur. Alat sederhana berupa saringan pasir cepat seperti pada gambar atau pemakaian tawas dapat digunakan. Sebelum datang banjir sebaiknya di setiap rumah di lokasi langganan banjir atau lokasi yang diperkirakan akan mengalami banjir karena kesalahan penggunaan lahan di sekitarnya mempersiapkan diri dengan alat evakuasi sederhana. Tentu saja pada masyarakat kelas menengah ke atas dapat menggunakan alat-alat yang lebih modern seperti perahu karet, rompi pelampung, dan sebagainya. Instansi terkait dan pemerintah daerah hendaknya sesegera mungkin memasyarakatkan pola-pola preventif penyelamatan bencana banjir yang bisa dilakukan oleh masyarakat luas dengan stimulan/insentif tertentu, karena tampaknya banjir akan selalu melanda sampai hutan dan daerah aliran sungai yang dewasa ini hancur diperbaiki kembali. Dr Ing Ir Agus Maryono Peneliti Banjir, Ekohidraulik dan Lingkungan, Sekjen Asehi , Ketua Magister Sistem Teknik Konsentrasi Mikrohidro FT UGM Post Date : 13 Januari 2004 |