[JAKARTA] Penyusutan air tanah hingga 40 persen dan intrusi (masuknya) air laut ke daratan menjadi ancaman serius warga Ibukota. Tingginya penyusutan tersebut karena eksplorasi besar-besaran seiring pertambahan penduduk dan tidak diimbangi upaya melestarikan sumber daya air.
Menurut Kepala Bidang Pelestarian dan Tata Lingkungan BPLHD DKI Rusman Sagala, dalam acara sosialisasi bidang air tanah dan pertambangan di Jakarta, Kamis (5/11), pertumbuhan penduduk di Jakarta sangat cepat mengakibatkan ketersediaan air di bawah tanah tidak mampu lagi memasok semua kegiatan warganya.
Hal itu lebih parah minimnya upaya mengembalikan air yang datang dalam bentuk hujan atau upaya melestarikan sumber air itu untuk menjadi sesuatu yang berkesinambungan bagi kehidupan manusia.
Wakil Wali Kota Jakarta Timur Asep Syarifudin dalam kesempatan itu mengingatkan pentingnya meningkatkan kewaspadaan atas penurunan kandungan air dalam tanah yang cukup drastis. "Kita khawatir jika tidak dikontrol maka akan mendatangkan bencana besar," kata Asep.
Selain penurunan air tanah, bencana banjir selama ini juga disebabkan topografi Jakarta, curah hujan yang tinggi, kerusakan lingkungan dan naiknya permukaan air laut.
Dalam sosilisasi itu, juga disampaikan penerapan 5 R reduce (pengurangan, penghematan air), reuse (pemanfaatan kembali air), recycle (proses daur ulang mendapatkan air bermutu), recharge (pengisian kembali areal yang memungkinkan air tanah terisikan kembali), dan recovery (pemulihan mendapatkan kondisi air tanah yang aman). [B-15]
Post Date : 06 November 2009
|