Penyediaan Air Bersih Mendesak

Sumber:Kompas - 26 November 2010
Kategori:Air Minum

Yogyakarta, Kompas - Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menuturkan, kebutuhan paling mendesak setelah pengungsi kembali ke rumah adalah ketersediaan air bersih. Hal ini karena jaringan air bersih rusak dan sumur sumber air bersih warga tercemar material vulkanik Merapi.

”Kalau kebutuhan makan dan sebagainya tidak ada masalah. Yang penting sekarang bagaimana memenuhi kebutuhan air bersih untuk warga. Kami sudah mendesain bekerja sama dengan PMI untuk mendistribusikan air bersih ke rumah-rumah warga,” kata Sultan Hamengku Buwono X, seusai bertemu dengan Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI) Budi Atmadi Adiputro, Kamis (25/11) di Kepatihan, Yogyakarta.

Sultan mengatakan, Pemprov DIY kini berupaya mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga. Distribusi air bersih akan dilakukan melalui tandon-tandon air. ”Sebelum warga mampu membuat sumur baru, atau membersihkan sumurnya yang mungkin tercemar, diharapkan air bersih sudah bisa digunakan,” kata Sultan.

Budi mengatakan, PMI siap mendukung upaya pemulihan awal korban Merapi di Sleman selama enam bulan mendatang. Karena itu, PMI membantu penyediaan 4.000 tandon air untuk memenuhi kebutuhan air 100 liter per kepala keluarga (KK) untuk 4.000 KK di Sleman.

Lahar dingin Merapi yang mengalir deras melewati Kali Boyong membuat instalasi perpipaan air bersih warga di sejumlah desa di Kecamatan Turi dan Pakem rusak. Sebagian warga mulai swadaya memperbaikinya, seperti dilakukan puluhan warga Dusun Ngepring, Purwobinangun, Pakem.

Kali Boyong menjadi sumber utama air bersih bagi warga di sejumlah dusun lereng Merapi, misalnya Dusun Ngepring, Kemiri, dan Kratuan di Desa Purwobinangun, Pakem. Di tiga dusun itu setidaknya terdapat 1.500 warga. Air diambil dari sebuah mata air yang berada di dam Kali Boyong yang letaknya sekitar 8 kilometer dari puncak. Air dialirkan melalui pipa-pipa yang panjanganya ratusan meter, sambung-menyambung sampai ke rumah-rumah warga.

Lahar dingin Merapi yang merusak perpipaan air di Kali Boyong membuat warga kesulitan air bersih. Mereka yang memiliki sumur beralih ke sumur lama yang tak dimanfaatkan. Adapun warga yang tak punya sumur berusaha mencari tuk (sumber air) yang masih mengalir, misalnya salah satu tuk di Dusun Kemiri.

Menurut Suradiono, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dusun Kemiri, warga mulai mengambil air Kali Boyong dengan instalasi perpipaan sejak munculnya mata air di dam tahun 1995. Namun, instalasi swadaya warga ini hancur dua kali diterjang lahar dingin saat erupsi Merapi 2006 dan 2010. (RWN/PRA)



Post Date : 26 November 2010