|
YOGYAKARTA, KOMPAS - Diare menempati urutan pertama sebagai penyakit yang paling banyak diderita masyarakat selama musim hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan, satu orang meninggal akibat diare. Hal ini berdasarkan data yang ada di sejumlah rumah sakit. Perhatian terhadap kesehatan lingkungan masih kurang. Data dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta menunjukkan, pasien rawat inap yang menderita diare selama tiga bulan terakhir sebanyak 399 orang. Jumlah itu menempati peringkat pertama dan diikuti oleh stroke dan penyakit infeksi virus. Dari jumlah tersebut, 74 diderita oleh bayi di bawah satu tahun dan 85 pasien adalah anak-anak usia antara satu hingga 14 tahun. Satu orang tercatat meninggal dunia. Kepala Bagian Rekam Medik RS Bethesda Sis Wuryanto mengatakan, penderita diare kini tidak identik dengan status ekonomi. Pasien dengan status ekonomi menengah ke atas pun berpotensi menderita diare. "Perhatian terhadap kondisi lingkungan memang masih kurang. Perilaku hidup bersih yang dimulai dari hal sepele seperti mencuci tangan sebelum makan pun cenderung disepelekan," kata Sis, Rabu (13/2). Di RS Panti Rapih, Bagian Rekam Medik mencatat data yang serupa, penyakit tertinggi di pasien rawat inap selama dua bulan terakhir adalah diare akut dengan jumlah 195 pasien. Setelah diare, penyakit lain yang juga menduduki peringkat teratas di rawat inap adalah tifus dan demam berdarah. RS telah bersiap Bagian Olah Data Rekam Medik RS Panti Rapih Andreas Agung mengungkapkan, pihak rumah sakit telah menyiapkan tenaga maupun tempat sebagai kesiagaan kalau-kalau terjadi kejadian luar biasa (KLB). "Tetapi sampai dengan sekarang belum ada KLB atau wabah besar- besaran, tidak seperti tahun lalu. Yang pasti, pihak rumah sakit sudah siap menampung pasien," ujar Andreas. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DIY Sarminto mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan dari kabupaten mengenai angka diare. "Mungkin karena masih banyak yang beranggapan bahwa diare bukan penyakit serius seperti halnya demam berdarah. Dari dinas pun alokasi dana bantuan masih terfokus pada demam berdarah," kata Sarminto. Penyakit seperti demam berdarah dan diare disebutkan Sarminto harus diwaspadai saat musim hujan. "Siklus ini selalu terjadi setiap tahun dan penyebab utamanya adalah kondisi lingkungan dan gaya hidup yang tidak bersih. Oleh karena itu, perlu kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya," kata Sarminto. (A02) Post Date : 15 Februari 2008 |