|
Kondisi kesehatan keluarga miskin (gakin) semakin memprihatinkan. Sebanyak 8% per-tahun, warga miskin kabupaten/kota di Indonesia terserang penyakit diare yang mengakibatkan kematian. Dari hasil penelitian disebutkan, penyakit diare disebabkan karena minimnya akses air minum.Bahkan hasil Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2010,hanya ada 45% rumah tangga di Indonesia yang dapat mengakses air minum layak.Jumlah angka itu cukup memprihatinkan,karena pada 2015 sebanyak 86,9% penduduk Indonesia ditargetkan bisa mengakses air minum yang bersih. ”Minimnya kontribusi air bersih membuat kurang lebih 100 ribu anak-anak Indonesia meninggal karena diare setiap tahunnya.Ini diperparah dengan adanya global warming yang mengancam penurunan kualitas dan kuantitas air bersih,” kata Sharad Prasad Adhikary, perwakilanWHO untuk Indonesia,dalam seminar ”The 2nd International Seminar on Environmental Health”di Hotel Singgasana Surabaya,3-4 Desember kemarin. Menurutnya,berdasarkan hasil studi 2006,Asia akan kehilangan 90% sumber air bersih akibat perubahan iklim terkait global warming.Sedangkan studi lain menunjukkan, peningkatan suhu 1 derajat celsius menyebabkan jumlah penderita diare meningkat 8%. ”Saat ini terdapat 4 miliar kasus diare setiap tahunnya dan 2,2 juta kematian akibat diare. Artinya jika suhu meningkat 1 derajat celcius,maka akan ada tambahan 320 juta kasus dan 176 ribu kematian pertahun karena diare,”ujar nya dalam seminar yang diadakan Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair ini. Saat ini,pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi global warmingyang mengancam ketersediaan air . Tetapi,lanjut Sharad upaya tersebut belum maksimal karena tidak didukung semua eleman masyarakat di Indonesia. ”Perlu duduk bersama dan komitmen semua level dan sektor untuk men-supportupaya mengurangi dampak perubahan iklim,”imbuhnya. Sementara itu,Louis O’Brien Ketua USAID untuk Indonesia Urban Water,Sanitation & Hygiene (IUWASH) menekankan pentingnya akses air bersih untuk warga miskin. Menurutnya,penyakit yang timbul akibat kurangnya air bersih dan sanitasi paling banyak diderita warga miskin dan mereka harus menanggung biaya untuk penyembuhannya. ”Kita harus memperhatikan kondisi keluarga miskin. Penyakit akibat kurang air bersih banyak menyerang mereka,”kata dia. Louis menilai,PDAM saat ini menghadapi banyak kendala,seperti tarif yang ditetapkan tidak bisa menutupi biaya operasional,rendahnya investasi,kualitas air yang rendah dengan sistem perpipaan yang buruk dan distribusi yang tidak merata. Karena itu pihaknya saat ini bekerja sama dengan PDAM Sidoarjo dan beberapa kota lainnya sedang mengembangkan ”master meter”,di mana satu pipa besar PDAM diletakkan di satu wilayah kumuh yang dapat memenuhi kebutuhan 50-100 KK.”Pemeliharaan dan pengelolaannya diserahkan pada warga, kondisi itu telah berjalan dengan baik,”tuturnya.ARIEF ARDLIYANTO Post Date : 05 Desember 2011 |