SURABAYA (SINDO) – Pemandangan sungai Kalimas semakin kumuh.Tidak hanya keruh akibat limbah dan lumpur, sungai yang pernah menjadi akses utama perdagangan di Surabaya itu juga penuh tumpukan sampah.
Kondisi ini seperti terjadi di sebelah utara Jembatan BAT Dinoyo (sepanjang sisi barat). Di lokasi ini sampah bahkan tidak bisa bergerak atau mengalir bersama arus.Ini karena jumlahnya begitu banyak. Sementara sungai pun mulai dangkal akibat timbunan sampah domestik yang lama tidak terangkat.Tak ayal,bau busuk menyeruak hingga permukaan. Pantauan harian SINDO,sampah- sampah tersebut sengaja dibuang sembarangan oleh warga sekitar setren kali.
Sementara sebagian lagi akibat tumpahan (sisa) sampah para pemulung yang tinggal di sepanjang lokasi itu. Seolah tidak pernah ada teguran, warga dan pemulung di sekitar kawasan tersebut sangat leluasa membuang sampah dan tinggal di bantaran sungai itu. Indra, salah seorang warga, menuturkan bahwa kondisi kumuh kawasan tersebut baru saja terjadi.Sebab,jauh sebelumnya kawasan tersebut telah bersih, yakni sejak dilakukan pembersihan massal dan penataan setren kali beberapa tahun lalu.
”Saya juga tidak tahu kenapa banyak sampah lagi. Mungkin akibat pemulung yang tinggal di sekitar sini,”ungkapnya. Meski demikian, Indra mengakui bahwa warga sekitar masih sering berbuat jorok di Sungai Kalimas tersebut. Ini misalnya saja membuang sisa makanan dan potongan sayur ke selokan menuju sungai, membuang sampah, bahkan membuang air hajat. Kepala DKP Kota Surabaya Hidayat Syah mengakui kondisi kumuh Kalimas tersebut.Bahkan, tidak hanya Dinoyo.
Sejumlah lokasi lain juga masih banyak ditemukan sampah menggunung di sungai. Lokasi itu di antaranya di kawasan Jeblokan, saluran Wonorejo, serta Kendangsari. ”Problemnya sama, masyarakat sekitar masih suka membuang sampah seenaknya. Padahal, larangan dan imbauan sudah sering kami lakukan. Mestinya pihak Jasa Tirta ikut mengawasi.Sebab, Sungai Kalimas ini di bawah kendali mereka,”katanya. Khusus untuk pemulung yang tinggal di bantaran sungai, Hidayat mengaku tidak berani menindak.
Sebab,tugas tersebut menjadi wewenang Satpol PP. ”Kalau untuk sampahnya, akan segera kami angkat.Kami akan minta petugas terjun ke sana,”janjinya. Menurut Hidayat, secara umum pola hidup bersih masyarakat di Surabaya sejatinya mulai terbangun.Ini terlihat dengan terbentuknya kampung bersih di beberapa kelurahan. Lewat program tersebut masyarakat tidak hanya bisa memilah sampah kering dan basah.
Namun, juga mu-lai disiplin membuang sampah pada tempatnya. ”Bahkan di beberapa tempat sudah bisa mengolah sampah menjadi kompos,”tukasnya. Hasilnya lumayan bagus. Hidayat mengaku saat ini jumlah produksi sampah jauh berkurang.Dari sebelumnya sekitar 2000 m3/hari, turun menjadi 1280m3/ hari. (ihya’ ulumuddin)
Post Date : 11 Januari 2011
|