Penolakan atas TPST Bojong Ditunggangi LSM dengan Teror

Sumber:Media Indonesia - 16 September 2004
Kategori:Sampah Jakarta
JAKARTA (Media): Mantan Gubernur DKI Ali Sadikin mengungkapkan bahwa penolakan masyarakat terhadap tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Desa Bojong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, ditunggangi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan aksi-aksi teror.

"Aksi selama ini mengganggu dimulainya pengoperasian TPST. Karena itu, saya meminta pers membantu program Kabupaten Bogor bekerja sama dengan Pemprov DKI atas proyek TPST. Jangan pers justru membantu bandit-bandit (LSM) yang cari duit itu," tandas Bang Ali usai menerima Kepala Dinas Kebersihan DKI Selamat Limbong di rumahnya di Jl Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.

Limbong bersama rombongan datang ke rumah mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut untuk meminta dukungan agar peresmian TPST Bojong pada Oktober 2004 tidak ada masalah dan pengoperasiannya berjalan lancar.

Saat kunjungan tersebut, Limbong menyatakan keheranannya terhadap masih adanya masyarakat yang menolak TPST Bojong. Padahal, pihaknya sering memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar TPST.

"Kami sudah tegaskan bahwa TPST menggunakan teknologi canggih dari Jerman. Teknologi modern mesin pengolah sampah serupa juga digunakan di sejumlah negara-negara maju di Eropa, tapi tidak ada warga yang melakukan protes," jelas Limbong.

Mendengar keluhan tersebut, Bang Ali dengan tegas menuding para LSM senang bila proyek tersebut batal demi kepentingan kelompok kecil. Padahal, kehadiran TPST untuk kemaslahatan orang banyak seperti warga DKI, Kabupaten Bogor, dan Kota Bogor.

"Karena sampah yang diolah di situ bukan hanya dari Jakarta, tapi juga Kota Bogor dan Kabupaten Bogor."

Karena itu, Bang Ali berharap masyarakat sekitar harusnya berterima kasih atas keberadaan TPST Bojong karena mampu menyerap tenaga kerja ratusan warga setempat. Bahkan, bisa ribuan orang mencari nafkah bila dihitung dengan para pedagang makanan dan minuman yang berjualan untuk kebutuhan pekerja di TPST setiap harinya.

Apalagi, katanya, sudah ada jaminan dari pihak pengelola tidak akan terjadi pencemaran lingkungan dengan menggunakan teknologi canggih. "Lantas yang dikhawatirkan masyarakat sekitar TPST itu apa lagi. Makanya, warga jangan mau dihasut LSM dengan mengatasnamakan pencemaran lingkungan," tegas Bang Ali seraya menjelaskan dia minta diundang saat peresmian TPST Bojong pada Oktober 2004.

Boleh protes

"Warga sekitar boleh protes bila TPST Bojong sudah beroperasi dan terbukti terjadi pencemaran lingkungan. Kalau belum beroperasi, tapi masyarakat sudah menuding terjadi pencemaran, faktanya apa," ungkap Bang Ali.

Dia mengusulkan kepada PT Wira Guna Sejahtera (WGS), selaku pengelola TPST Bojong, agar menyiapkan rumah buat karyawannya. Kalau proyek ini mendapat pengertian dari Bupati Bogor dan berjalan sesuai rencana, Bang Ali menyatakan merasa bangga dan hormat.

"Kita kenal Bupati Bogor itu baik dan berpikir rasional. Jadi, perlu mendapat dukungan dari warganya, bukan sebaliknya," pinta Bang Ali.

Semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dia mengaku memiliki obsesi agar diwujudkannya Kota Megapolitan Jabotabek. Untuk ini, hendaknya ada saling pengertian dan kesadaran antara pemerindah daerah penyangga Jakarta dan Pemprov DKI agar menyatukan persepsi serta fokus dalam pembangunan bersama Jabotabek.

Kalau Kota Megapolitan itu sudah terbentuk, katanya, tidak akan terjadi lagi pro kontra mengenai TPST Bojong. Karena pembangunan daerah Jabotabek itu saling terikat dan terkait satu sama lain. Namun, sampai sekarang obsesi Letjen Marinir (purn) itu tidak terealisir.

Sebelumnya, Henry Endro, Factory Manager PT WGS, menyatakan pihaknya lebih cenderung memusnahkan sampah (80%) melalui tungku pembakaran (incinerator). Sistem ini ramah lingkungan dan hasilnya dijamin tidak berdampak terhadap permukiman warga sekitar.

Henry menambahkan, pihaknya menggunakan teknologi Jerman melalui tiga proses pengolahan sampah. Pertama, sistem bala press, kedua, incinerator, dan ketiga, pengolahan air lindi dengan sistem fermentasi. Cara ketiga sistem itu, banyak dimanfaatkan di negara-negara maju dan tidak bermasalah terhadap lingkungan sekitar. (Ssr/J-3)

Post Date : 16 September 2004