TANGERANG -- Petugas Kabupaten Tangerang mengaku kewalahan mengatasi sampah pasca-Lebaran yang menumpuk di sejumlah pasar tradisional, perumahan, dan tempat pembuangan sementara yang tersebar di wilayah itu. Petugas kewalahan karena volume sampah meningkat, tapi armada pengangkut sampah minim.
"Kami sangat kewalahan. Keteteran," kata Kepala Bidang Persampahan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang, Ahmad Hidayat, kepada Tempo, kemarin.
Ahmad mengatakan volume sampah di Kabupaten Tangerang pasca-Lebaran meningkat hingga 20 persen, yaitu mencapai 800 meter kubik per hari dibanding hari biasa yang mencapai 600 meter kubik per hari. "Sampah didominasi oleh sampah rumah tangga dan sampah pasar," katanya.
Sejak Minggu sampai kemarin, pihaknya telah mengerahkan 76 unit armada pengangkut berupa truk sampah, ambrol (jenis truk tapi tertutup), hingga kendaraan pick up jenis Kijang, serta 530 petugas sampah, yang terdiri dari sopir dan pengangkut sampah. "Meski demikian, sampah belum juga teratasi," katanya.
Idealnya, Ahmad menuturkan, dibutuhkan 120-130 truk armada sampah. Karena satu truk sampah hanya mampu mengangkut 7-8 meter kubik sampah per hari. Sampah yang diangkut dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Jatiwaringin, Mauk. "Untuk itu, kami ingin mengajukan armada baru lagi," katanya.
Apalagi lokasi wilayah Kabupaten Tangerang yang sangat luas mencakup 29 kecamatan. Sedangkan jarak ke TPA cukup jauh, sehingga 76 armada sampah masing-masing hanya bisa mengangkut sekali dalam sehari.
Sampah-sampah yang menumpuk terdapat di pasar tradisional, seperti Cikupa, Curug, Cisauk, Mauk, Legok, Tigaraksa, Balaraja, dan Kelapa Dua. Menurut Ahmad, sampah menumpuk di Kelapa Dua karena sebagian lahan digunakan untuk pembangunan pengembangan pasar. Tumpukan sampah yang menggunung dan menimbulkan bau busuk menyengat sangat mengganggu lingkungan sekitar.
Pantauan Tempo di sejumlah titik, misalnya, seperti di Pasar Kelapa Dua, sampah menggunung setinggi tiga meter dan memenuhi hampir 500 meter lahan yang berdekatan dengan perumahan PU dan perumahan Kelapa Dua. Bau busuk sampah pasar dan perumahan tersebut menyengat hingga jarak 2 kilometer.
Warga sekitar sangat terganggu dengan kondisi tersebut. "Bau sekali. Apalagi habis kena hujan terus ditimpa panas. Sangat menyengat," kata Dewi Yanthi, warga sekitar.
Menurut dia, tumpukan sampah yang sudah tidak terangkut sejak beberapa hari itu bukan hanya menimbulkan bau busuk, tapi juga menimbulkan banyak lalat. "Sepertinya pemerintah harus cepat mengatasi masalah ini karena lokasi ini bukan tempat pembuangan sampah. Ini pemukiman," katanya.
Ahmad Hidayat menjanjikan pihaknya akan menyelesaikan pengangkutan sampah di tempat penampungan sementara dan pasar-pasar akhir pekan ini. "H+7 semua sampah bisa tertangani," katanya. JONIANSYAH
Post Date : 15 September 2010
|