|
Jakarta, kompas - Pemilahan dan pengolahan sampah yang dimulai dari setiap rumah, minimal di masing-masing rukun tetangga, sebenarnya bisa menjadi cara ampuh untuk mengatasi masalah sampah di wilayah Jakarta. Jika masyarakat benar-benar diberdayakan untuk peduli dalam penanganan sampah, pengurangan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir bisa mencapai lebih dari 50 persen. Berdasarkan pantauan Kompas di sejumlah rukun warga (RW) di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang mulai menjalankan program pemilahan dan pengolahan sampah mulai tingkat RT, Jumat (16/6), pembuangan sampah bisa berkurang hingga 80 persen. Persepsi warga soal sampah mulai berubah sejak dibina oleh kader-kader lingkungan setempat. Kepedulian warga soal sampah itu setidaknya terlihat di 20 RT di lima wilayah Jakarta. Mereka semakin giat menghijaukan dan menjaga kebersihan wilayahnya sebagai bagian dari keikutsertaan dalam program "Jakarta Green and Clean" yang digelar Yayasan Unilever Peduli dan Jaringan Delta Female Indonesia. Teti Suryati, salah seorang kader lingkungan di Klender, mengatakan, sejak pemilahan dan pengolahan sampah mulai diperkenalkan, sampah yang dibuang dari setiap RT hanya sekitar empat kilogram dari total produksi sampah sebanyak 20 kilogram per hari. "Yang dibuang benar-benar yang tidak bisa dipakai. Sampah basah diolah menjadi kompos. Yang kering bisa dibuat jadi benda-benda lain yang berguna," kata Teti. Hampir di setiap rumah tersedia dua tong sampah dengan warna berbeda yang dibuat dengan memanfaatkan bekas kaleng cat ukuran sedang. Setiap keluarga mulai membiasakan seluruh penghuni rumah membuang sampah basah dan kering di tempat yang berbeda. Hal serupa juga dilakukan warga RW 03, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Tong komposter juga disediakan untuk mengolah sampah basah menjadi kompos. "Untuk bisa mengajak warga peduli soal lingkungan, ya harus ada yang memulai dan memberi contoh nyata," kata Dwi Handoyo, Ketua RT 04. (ELN) Post Date : 17 Juni 2006 |