|
JEMBER, KOMPAS - Sejumlah pengungsi korban banjir bandang Jember mulai terserang berbagai penyakit, terutama flu, infeksi saluran pernapasan akut, dan diare. Selain minimnya fasilitas buang air besar dan selimut, puluhan pengungsi juga tidur di luar gedung atau di tenda karena tempat tidak cukup. Jika kondisi ini tidak diperbaiki, dikhawatirkan muncul berbagai penyakit baru. Sementara itu, hanya ada dua kamar mandi namun hanya satu dilengkapi tempat buang air besar. Akibatnya, pengungsi harus sering buang air besar di sungai. Sekitar 800 pengungsi di sana juga butuh obat nyamuk. Kondisi serupa terlihat di posko pengungsian di SDN Kemiri II, Dusun Tenggiling, Desa Kemiri, dan di Pondok Pesantren Manbaul Ulum II, Dusun Kasian Legong, Kecamatan Panti. Dr Deddy dari Tim Brigade Siaga Bencana RSU Dr Soetomo mengatakan, dengan kondisi posko pengungsian seperti itu, para pengungsi terancam penyakit menular seperti diare, campak, dan demam berdarah. Deddy menjelaskan, kondisi tersebut jauh dari standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baik dari sisi sanitasi, makanan, dan ketersediaan air bersih. Di posko pengungsian di kantor Kepala Desa Kemiri, bantuan makanan dan air minum dari pemerintah dan masyarakat terus mengalir dan menumpuk. Sekretaris Kecamatan Panti, Baharuddin, mengatakan, bantuan-bantuan itu menumpuk karena tiap posko dijatah untuk kebutuhan tiga hari. Kami mengharapkan bantuan tidak hanya mi dan beras, tetapi juga kebutuhan lain seperti selimut, sarung, sabun, atau pasta gigi, ujarnya menambahkan. Di Blitar, Jawa Timur, hujan sejak Selasa (3/1) siang hingga malam hari lalu mengakibatkan banjir. Sekitar 350 rumah terendam air di dua kelurahan di Kecamatan Sutojayan. (SIR/SEM/D12/DIA) Post Date : 05 Januari 2006 |